PERCOBAAN
X
KINEMATIKA KIMIA
-
Hari/tanggal : selasa, 26 maret 2014
-
-
Tujuan Praktikum :
1. Mengukur
perubahan konsentrasi preaksi menurut waktu.
2. Mengamati
pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis pada laju reaksi.
3. Menentukan
hukum laju reaksi dalam larutan berair.
A.
LANDASAN TEORI
Laju reaksi
kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi pereaksi, (dan
kadang-kadang produk), suhu, dan katalis. Pengukuran laju biasanya dilakukan
dibawah kondisi percobaan yang tetap, dengan satu faktor tetap sedangkan faktor
lain diseragamkan.
Cara mengukur
laju reaksi. Salah satu segi penting daro pengkajian kinetika ialah merancang
teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis kimia
dengan cara volumentri atau gravimentri relatif lambat, sehingga cara seperti
ini tidak digunakan kecuali bila reaksi lambat, atau dapat dihentikan dengan
pendinginan tiba-tiba, atau dengan penambahan reaksi yang menghentikan reaksi.
Untuk
suatu reaksi hipotesis
2B
+ 3B ®
C + 5D
Hukum
lajunya dapat berupa
Laju
= ∆(C) / ∆t = k [A]n [B]m
Dengan
k adalah tetapan laju , n adalah orde reaksi untuk A , dan m adalah orde reaksi
untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah m+n . Orde reaksi hanya dapat
ditentukan lewat percobaan, karena angka-angka ini tidak selalu sama dengan
koefisien reaksi.
(Epinur,dkk
. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. 2010 : 71-72)
Biasanya
kecepatan reaksi laju kimia bergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksinya.
Sifat kebergantungannya ini dapat ditemukan dengan metoda berikut, yaitu :
perubahan didalam kecepatan reaksi diukur berdasarkan perubahan konsentrasi
salah satu pereaksi, sedangkan konsentrasi pereaksi lainnya dijaga tetap.
Reaksi yang akan diperiksa mekanismenya belum diketahui tetapi persamaannya
dapat dituliskan sebagai berikut :
2I
+ S2O82- → 2SO42- + I2
Ketika
reaksi berlangsung konsentrasi pereaksi –pereaksi akan turun dan karena itu
kecepatan reaksi akan berubah.
(Bird,
Tony. Penuntun Praktikum Kimia Fisik Universitas . 1987)
Data
kinetik dapat memberi keterangan yang terperinci tentang mekanisme dari suatu
reaksi. Laju dari suatu reaksi ditentukan denagn mengikuti kecepatan hilangnya
reaktan atau terbentuknya produk. Laju suatu reaksi dapat ditentukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a. Secara
spektroskopik
Teknik
ini memungkinkan pengukuran dapat dilaksanakan dengan cepat dan kontinue
terhadapa sampel meskipun kuantitas sampel kecil.
b. Dengan
mengukur pH secara kontinue atau melalui titrasi asam-basa terhadap reaksi yang
melibatkan proton.
c. Dengan
mengukur konduktans pada reaksi yang melibatkan spesies ionik.
d. Secara
polimetrik, jika dalam reaksi terlibat senyawa yang optik aktif.
Pada
umumnya, setiap sifat yang berkaitan dengan konsentrasi reaktan dan/atau produk
dan sifat tersebut dapat diamati dan diukur, dapat digunakan untuk menentkan
laju reaksi.
Masing-masing
suku konsentrasi mengandung eksponen, yakni yang menunjukkan tingkat atau orde
dari reaksi. Tingkatan kinetik keseluruhan dari reaksi sama dengan jumlah dari
semua eksponen dalam ekspensi laju. Dibawah ini disajikan contoh yang
menunjukkan keanekaragaman dari pernyataan hukum laju untuk berbagai reaksi.
a.
b. CH3CHCH2CH2CH2CH3
+ -OCH3 → CH3CH + CHCH2CH2CH3
Cl laju = k [B][-OHCH3] (campuran dari isomer)
c. CH3
+ CaCl3 ↔ CH3 + CaCl2Cl
Laju
= k [CH3Cl][CaCl3]2
( Tobing, Rongke L. Kimia Organik Fisik.1989. 80-81)
Laju (kecepatan)
menunjukkan suatu yang terjadi persatuan waktu, misalnya perdetik permenit, apa
yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksui,
perubahan ini kebanyakan dinyatakan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi,
untuk laju reaski hipotetik.
A + 3B → 2C + 2D
Dapat diartikan sebagai laju
berkurangnya molar A. Dengan demikian, didapat satuan laju reaksi misalnya mol-1
L-1 detik-1.
Laju
reaksi tersebut dapat juga dijelaskan berdasarkan menghilangnya B atau
pembentukan C dan D, tetapi sekrang dijumpai masalah baru laju tersebut tidak
sama dengan laju menghilangnya A. Dari koefisien persamaan reaksi berarti bahwa
3 mol B dikonsumsi untuk setiap mol A. Jadi B menghilang dengan kecepatan tiga
kali menghilangga A.
(Petrucci, Ralph
H. Kimia Dasar. 1987:145-146)
Pengukuran kecepatan reaksi
Bila
ahli kinetika kimia mengukur kecepatan reaksi, hasilnya dinyatakan sebagai
kecepatan perubahan dari jumlah suatu zat yang ada dalam campuran reaski.
Biasanya pernyataan itu diberikan dalam variabel yang intensif, yaitu misalnya
konsentrasi.
Kecepatan = ∆(C) / ∆t
Dimana ∆(C) / ∆t adalah kecepatan dari perubahan dengan waktu t
dari konsentrasi produk [C]. Dari gambar dibawah ini kecepatan merupakan
kemiringan dari plot konsentrasi terhadap waktu.
C
(Soeni, M S.
Kimia Fisik 1. 1989:99)
B.
PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1. Apa
definisi ringkas dari a) hukum laju, b) tetapan laju, c) orde reaksi, d) energi
aktifasi ?
Jawab :
a. Hukum
laju : kecepatan reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan orde reaskinya.
Persamaan yang memenuhi hukum laju adalah V = k [A]x [B]y
[C]z
b. Tetapan
laju : tetapan perbandingan antara laju
reaksi dan hasil kali konsentrasi spesi yang mempengaruhi laju reaksi.
c. Orde
reaksi : bilangan pangkat eksponen
yang menyatakan bertambahnya laju reaksi akibat naiknya konsentrasi.
d. Energi
aktifitas laju : energi minimal yang diperlukan agar suatu reaksi berlangsung.
2.
Apakah satuan tetapan reaksi untuk a)
reaksi orde nol, b) reaksi orde satu, c) reaksi orde dua ?
Jawab
a. Reaksi
orde nol : MS-1 = mol
liter-1 sekon-1 = mol l-1 S-1
b. Reaksi
orde satu : S-1
c. Reaksi
orde dua : M-1 S-1
= mol-1 l S-1
3.
Belerang dioksida mereduksi HIO3
dalam larutan asam dengan reaksi
3SO2(g) + 3H2O(l)
+ HIO3(aq) → 3H2SO4(aq) + HI(aq)
Pada akhir reaksi jika
terdapat HIO3 berlebih zat ini dapat diambil dengan larutan kanji.
Senyawa HI dan HIO3 segera bereaksi membentuk I2 yang
diserap oleh kanji dan menimbulkan warna biru.
Dari percobaan
diperoleh data :
[SO2]
(M)
|
[HIO2]
(M)
|
t
(detik)
|
14,6
x 10-4
|
3,60
x 10-3
|
25,8
|
7,31
x 10-3
|
3,60
x 10-3
|
52,8
|
14,6
x 10-4
|
7,21
x 10-3
|
12,6
|
Jawab :
-
Orde reaksi terhadap [SO2]
v1/v2= k{[SO2]1 m / [SO2]1 m } . k{[HIO2]2 n / [HIO2]2 n }
1/2 = [1/2] m
m = 1
-
Orde reaksi terhadap [HIO3]
- v1/v3= k{[SO2]1 m / [SO2]1 m } . k{[HIO]3 n / [HIO2]3 n }
1/2 = [1/2] n
n = 1
-
Jadi orde reaksi keseluruhan : m + n =
1+1 = 2
C.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
-
Erlenmeyer
-
Ampelas baja
-
Labu takar
-
Stopwatch
-
Gelas piala
-
Bunsen
Bahan
:
-
Larutan tiosulfat
-
Air
-
Asam hidroklorida
-
Pita mg
-
HCl 2M
-
Asam oksalat 0,1 M
-
Asam sulfat 6 M
-
KMnO4 0,1 M
D.
PROSEDUR KERJA
a. Orde
reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
Tabel 10.1 komposisi
campuran dalam penentukan orde reaksi untuk natrium tiosulfat.
Na2S2O3
(ml)
|
[Na2S2O3]
(M)
|
H2O
(ml)
|
HCl
(ml)
|
23
|
0,15
|
-
|
4
|
20
|
0,12
|
5
|
4
|
15
|
0,09
|
10
|
4
|
10
|
0,06
|
15
|
4
|
5
|
0,03
|
20
|
4
|
Tabel 10.2 komposisi
campuran dalam penetuan orde reaksi untuk asam hidroklorida.
Na2S2O3
(ml)
|
H2O
(ml)
|
HCl
(ml)
|
HCl
(M)
|
25
|
-
|
5
|
3,0
|
25
|
2
|
3
|
1,8
|
25
|
4
|
1
|
0,6
|
|
|
![]() |
ditambahkan
Dicampur air
Ditambahkan
|

|
![]() |
Dicatat
waktu sampai timbul kekeruhan karena pengendapan belerang.
Ditetapkan
cara perhitungan waktu
|
![]() |
Dibuat
grafik terhadap t dan S2O3-2
terhadap 1/t
|
b. Orde
reaksi dalam reaksi antara magnesium dengan asam hidroklorida.
![]() |
Dikerat menjadi 16
potong yang panjangnya 12 cm
Dimasukkan
masing-masing 1 potong logam kedalam erlenmeyer
Disisihkan dulu 8
potong lainnya
![]() |
Diencerkan dalam labu
takar 100 ml
Dituangkan 100 ml asam
ini kedalam erlenmeyer
Dicatat waktu dengan
stopwatch

Dihentikan stopwatch
apabila Mg larut
Diulangi percobaan
Dicatat waktu yang
diperlukan untuk melarutkan pita
|
Tabel
komposisi campuran Mg dengan HCl
HCl
(M)
|
Volume
HCl (ml)
|
0,8
|
100
|
0,8
|
100
|
1,0
|
100
|
1,2
|
100
|
1,4
|
100
|
1,6
|
100
|
1,8
|
100
|
2,0
|
100
|
c.
|
![]() |
|
![]() |
Diisi pada 3 gelas piala
Dididihkan gelas I
Dipanaskan
gelas II hingga 50° C, sedangkan gelas III tidak dipanaskan
![]() |
Dimasukkan ke 2 tabung
dalam setiap piala
Ditambahkan 3 tetes KmnO4 0,1 N
|
d. Pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
![]() |
Dimasukkan pada tabung
3 dan 4
|
![]() |
|
![]() |
|
![]() |
|
![]() |
|
E.
DATA PENGAMATAN
A. Orde
reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
-
Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi
Na-tiosulfat.
Na2S2O3
(ml)
|
Na2S2O3
(M)
|
H2O
(ml)
|
HCl
(ml)
|
t
(detik)
|
1/t
(detik)-1
|
warna
|
25
|
0.15
|
-
|
4
|
32
|
0,031
|
Keruh
|
20
|
0,12
|
5
|
4
|
38
|
0,026
|
Tidak keruh
|
15
|
0,09
|
10
|
4
|
50
|
0,020
|
Keruh
|
10
|
0,06
|
15
|
4
|
56
|
0,017
|
Keruh
|
5
|
0,03
|
20
|
4
|
64
|
0,015
|
Keruh
|
pengamatan
terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida
Na2S2O3
(ml)
|
Na2S2O3
(M)
|
H2O
(ml)
|
HCl
(ml)
|
t
(detik)
|
1/t
(detik)-1
|
25
|
-
|
5
|
3,0
|
63
|
0,015
|
25
|
2
|
3
|
1,8
|
72
|
0,013
|
25
|
4
|
1
|
0,6
|
30
|
0,033
|
B. Orde
reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida
-
Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi
asam klorida
HCl
(M)
|
HCl
(ml)
|
T
(detik)
|
1/t
(detik)-1
|
[HCl]2
|
Log [HCl]
|
Log [1/t]
|
6
|
10
|
1198
s
|
0,83
x 10-3 s
|
36
|
0,78
|
-3,08
|
8
|
10
|
891
s
|
1,17
x 10-3 s
|
64
|
0,90
|
-2,95
|
10
|
10
|
702
s
|
1,42
x 10-3 s
|
100
|
1,00
|
-2,84
|
12
|
10
|
616
s
|
1.62
x 10-3 s
|
144
|
1,08
|
-2,79
|
14
|
10
|
794,4
s
|
1,26
x 10-3 s
|
196
|
1,15
|
-2,90
|
16
|
10
|
669
s
|
1,49
x 10-3 s
|
256
|
1,20
|
-2,83
|
18
|
10
|
492
s
|
1,03
x 10-3 s
|
324
|
1,25
|
-2,69
|
20
|
10
|
437,45
s
|
2,29
x 10-3 s
|
400
|
1,30
|
-2,64
|
C. Pengaruh
suhu terhadap laju rekasi
Waktu
reaksi pada berbagai suhu (detik)
ulangan
|
Suhu reaksi
|
||
80°C
|
50°C
|
25°C
|
|
1
|
30
s
|
45
s
|
40
s
|
2
|
38
s
|
50
s
|
24,5
s
|
Rata-rata
|
34
s
|
47,5
s
|
21,25
s
|
Tanda –tanda terjadinya reaksi : Adanya
perubahan warna.
D. Pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
-waktu
reaksi pada berbagai suhu (detik)
ulangan
|
H2SO4
|
||
2 ml
|
1 ml
|
0 ml
|
|
1
|
4,26
s
|
5,56 s
|
13,44
s
|
2
|
4,46
s
|
5,265
s
|
13,44
s
|
Rata-rata
|
4,36
s
|
5,41
s
|
13,44
s
|
Tanda-tanda
terjadinya reaksi
·
Adanya endapan
·
Terdapat gelembung gas
Perubahan warna
F.
PEMBAHASAN
A. Orde
reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
Pada umumnya,
laju reaksi didefinisikan perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tiap
satuan waktu. Ini berarti berkurangnya jumlah pereaksi tiap satuan waktu atau
bertambahnya jumlah hasil reaksi tiap satuan waktu yang dinyatakan dalam :
V =
atau 


Secara
kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu
tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung
laju reaksi.
Dalam
percobaan ini, kita dapat menentukan orde reaksi masing-masing pereaksi sesuai
dengan data laju reaksi untuk reaksi.
Na2S2O3(aq)
+ 2HCl(aq) → 2NaCl(aq)
+ SO2(g) + S(s)
Pada percobaan ini larutan tiosulfat
dicampur dengan air kemudian asam klorida ditambahkan. Setelah bercampur secara
homogen, maka dilakukan percobaan seperti yang tertera pada tabel 10.1 dan
hasil pengamatannya adalah :
1. 25
ml Na2S2O3 dengan 0,15 M dicampur dengan 4 ml
HCl. Dalam waktu 32 sekon larutan telah menunjukkan adanya kekeruhan, karena
adanya pengendapan belerang. Dalam percobaan yang pertama ini snegaja tidak
ditambahkan air kedalam natrium tiosulfat, dimaksudkan mana yang lebih cepat
munculnya kekeruhan. Pada larutan apabila jika ditambahkan dengan air atau
tidak dengan air.
2. 20
ml Na2S2O3 0,12 M dicampur 5 ml H2O,
kemudian ditambahkan dengan HCl. Dalam 38 sekon larutan telah menunjukkan
adanya kekeruhan, karena adanya pengendapan belerang dibagian dasar tabung
erlenmeyer.
3. 15
ml Na2S2O3 dengan 0,09 M dicampur dengan 10 ml
H2O, kemudian ditambahkan dengan 4 ml HCl, dalam waktu 50 sekon
larutan telah menunjukkan kekeruhan dibagian dasar tabung erlenmeyer.
4. 10
ml Na2S2O3 dengan 0,06 M dicampur dengan 15 ml
H2O, kemudian ditambahkan dengan 4 ml HCl. Dalam waktu 56 sekon
larutan telah menunjukkan adanya kekeruhan karena adanya pengendapan belerang
dibagian dasar tabung erlenmeyer.
Untuk
orde reaksinya adalah sebagai berikut :


Secara
teori untuk percobaan dengan komposisi campuran yang tertera pada tabel 10.7
kami hanya mencari orde reaksinya saja dan menghitung orde reaksinya secara
keseluruhan, sehingga didapat hasil sebagai berikut :
B. Orde
reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida untuk reaksi
Mg(s) + 2HCl(aq)
→ MgCl2(aq) + H2(g)
Perlakuan yang
diberikan pada reaksi ini adalah :
1) Perbandingan
konsentrasi HCl yang bervariasi (6M, 8M, 12M,14M,18M, dan 20M). Pada volume HCl
yang sama mereaksikan pita Mg keadaan tabung reaksi. Hasil pengamatan timbul
gelembung gas dan magnesium larut dalam HCl dalam waktu tertentu.
2) Magnesium
memerlukan waktu yangcukup lama untuk larut dalam HCl.
3) Laju
reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi HCl yang bervariasi.
Misalkan persamaan reaksi v = k
[Mg][HCl] , laju reaksi hanya berlangsung pada fase larutan HCl sehingga orde
reaksi terhadap Mg adalah nol. Kita akan menentukan orde reaksi terhadap HCl
dari data 3 dan 4 , yakni sebagai berikut :
C. Pengaruh
suhu terhadap laju reaksi
Telah
diketahui bahwa kenaikan suhu mempercepat kenaikan suhu mempercepat reaksi,
sebaliknya penurunan suhu memperlambat reaksi.
Ditinjau
dari hukum laju reaksi, misalnya reaksi A+B+C mempunyai persamaan adalah V = k
[A]x [B]y [C]z .
Perubahan
suhu mempengaruhi k, karena nilainya bergantung pada suhu dan jenis reaksi.
Jika suhu dinaikkan, maka jumlah energi tumbukan antar molekul pereaksu
bertambah.
Dari
percobaan menggunakan air bersuhu 80°C, 50°C,dan 25°C, telah membuktikan bahwa
reaksi akan lebih cepat terjadi pada air yang bersuhu tinggi yakni dengan
rata-rata 34 sekon.
D. Pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
Reaksi yang
berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberi zat lain tanpa menambah
konsentrasi atau suhu, zat itu disebut katalis. Katalis biasanya dapat bereaksi
sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas.
Selanjutnya
kembali bereaksi lagi dengan pereaksi mempercepat reaksi dan bebas kembali.
Demikian seterusnya kali hingga suatu pereaksi yang menggunakan katalis disebut
reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme.
Katalis
suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah.
G.
PERTANYAAN PASCA PRAKTIK
1. Tuliskan
persamaan reaksi pada percobaan C. Apakah H2SO4 dalam
percobaan ini dapat dikatakan sebagai katalis ? jelaskan !
Jawab :
Persamaan reaksi
5H2C2O4(aq)
+ 2KMnO4(aq) + 3H2SO4(aq) → K2SO4(aq)
+ 2MnO4(aq) + 10CO2(g) + 8H2O(l)
H2SO4 dapat
berfungsi sebagai katalis yaitu zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi
tanpa mengalami perubahan apapun.
2. Tuliskan
persamaan reaksi pada percobaan D. Jelaskan mekanisme kerja H2SO4
sebagai katalis ini.
Jawab :
5H2C2O4
+ 2KMnO4 + 3 H2SO4 → K2SO4
+ 2MnSO4 + 10CO2 + 8H2O
Mekanisme kerja H2SO4
katalis dalam reaksi ini adalah :
-
H2C2O4 →
CO2 + H2O
-
2KMnO4 + 2 H2SO4
→ K2SO4 + 2MnSO4
Mekanisme kerja katalis
:
P + R → PR (Cepat ) keterangan :
PR + Q → PQ
+ R (Cepat ) PQ = pereaksi
P + Q + R → PQ
+ R (Cepat ) R = katalis
H.
DISKUSI
a. Orde
reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
Pada percobaan
ini kami hanya melakukan pengamatan terhadap pengaruh Na-tiosulfat.
Sedangkan
pengamatan terhadap pengauh konsentrasi asam hidrokarbon tidak kami lakukan.
Hal ini dikarenakan bahan yang ada tidak cukup untuk dilakukan pada percobaan
pngamatan terhadap penagruh konsentrasi. Natiosulfat, kami menggunakan Na2S2O3
dengan jumlah volume yang berbeda serta H2O. HCl dalam jumlah volume
yang berbeda.
Nilai t (detik)
pada tabel 10.2 menunjukkan berapa lama waktu kekeruhan terjadi. Selain itu
orde reaksi yang kami peroleh untuk Na2S2O3 adalah 1. Sedangkan orde total yang kami
dapatkan adalah
b. Orde
reaksi dengan reaksi magnesium dengan asam hidroklorida.
Pada percobaan
ini kami melakukan pengamatan tentang pengaruh konsentrasi asam hma idroklorida
sama seperti percobaan percobaan pertama, kami menggunakan HCl dengan jumlah
volume yang sama, akan tetapi jumlah Mnya berbeda antara satu dan lain sebanyak
8 kali percobaan.
c. Pengaruh
suhu terhadap laju reaksi.
Pada percobaan
ini, yaitu mengukur waktu reaksi pada berbagai suhu (detik). Pada suhu 80°C
¸50°C, dan 25°C, kami menentukan pembuktian bahwa suhu yang lebih tinggi
mempercepat adanya reaksi.
Disamping syarat
termodinamika, reaksi ini dapat berlangsung bergantung bila terjadi tumbukan
langsung antara molekul pereaksi. Tumbukan ini harus memenuhi dua syarat ,
yaitu posisinya efektif dan energinya mencukupi.
d. Pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
Pada percobaan
ini yaitu mengamati pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
I.
KESIMPULAN
1. Pengaruh
waktu terhadap perubahan konsentrasi pereaksi semakin bertambahnya waktu, maka
konsentrasi semakin kecil.
2. Pengaruh
suhu konsentrasi, dan katalis terhadap laju reaksi, semakin besar suhu dalam
reaksi, maka laju reaksi akan semakin
cepat. Demikian halnya dengan konsentrasi, semakin besar konsentrasi
maka laju reaksi akan semakin cepat dan semakin banyak katalis yang dimasukkan
kedalam suatu reaksi, maka konstanta akan semakin besar, sehingga laju reaksi
semakin cepat.
3. Suatu
reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut
kaltalisme. Berdasarkan fasanya, katalis dapat dibagi dua yaitu katalis homogen
dan katalis heterogen.
J.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Toni. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta :
PT Gramedia
Epinur, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi :
Universitas Jambi
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Soeni, M S. 1989. Kimia Fisik 1. Jakarta : PT Gramedia
Tobing, Rongke L. 1989. Kimia Organik Fisik. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar