PERCOBAAN III
I.
JUDUL PRAKTIKUM
RUMUS EMPIRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR
II.
HARI, TANGGAL
SELASA , 12 MARET 2014
III.
TUJUAN PERCOBAAN
1.
Mencari
rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.
2.
Mempelajari
cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus
empiris.
3.
Mempelajari
sifat-sifat senyawa hidrat.
4.
Mempelajari
reaksi bolak balik hidrasi.
5.
Menentukan
presentase air di dalam suatu hidrat.
IV.
PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1.
Apakah
yang disebut rumus empiris dan rumus molekul ?
Jawab :
-
Rumus
empiris adalah perbandingan jumlah mol atom unsur-unsur dalam senyawa.
-
Rumus
molekul adalah menggambarkan jumlah sebenarnya dari atom tiap unsur dalam
molekul senyawa yang merupakan kelipatan bulat dari rumus empiris.
2.
Jika
dalam 5 g tembaga klorida terdapat 2.35 g tembaga dan 2.65 g klorida.
Tentukanlah rumus yang paling sederhana dari tembaga klorida tersebut.
Jawab :
Diketahui : Massa Cu = 2,35 g, Ar Cu = 63,5
Massa Cl = 2.65 g, Ar Cl = 35,5
Ditanya : rumus yang paling sederhana = …
Dijawab : Mol Cu =
0,037 mol
Mol Cl =
0,075 mol
Mol
Cu : Mol Cl
0,037 : 0,075
1
:
2
Jadi
rumus empirisnya adalah CuCl2.
3.
Definisikan
apa yang dimaksud dengan hidrat.
Jawab :
Hidrat
adalah senyawa yang setiap satu molnya mengandung air atau senyawa yang
tersusun karena adanya molekul air sebagai bagian komposisinya.
4.
Suatu
sampel diketahui berupa hidrat yaitu Zink Sulfat (ZnSO4). Bila 3 g
sampel dipanaskan hingga bobotnya tetap, bobot yang tersisa adalah 1,692 g.
Bagaimana rumus garam hidrat ini?
Jawab :
Diketahui : Massa hidrat ZnSO4 = 3 g
Massa sisa =
1.692 g
Ar Zn =
65,37
Ar S =
32
Ar O =
16
Ditanya : Rumus Garam Hidrat = …
Dijawab : ZnSO4 x n H2O à ZnSO4 + H2O
3 g 1,692 g 3-1,692=1,308 g
Mol
ZnSO4 =
= 0,01 mol
Mol
H2O =
= 0,07 mol
Mol
ZnSO4 : Mol
H2O
0,01 : 0,07
1 : 7
Jadi,
rumus garam hidratnya adalah ZnSO4.7H2O
V.
LANDASAN TEORI
Rumus empiris suatu senyawa
menyatakan nisbah terkecil jumlah atom yang terdapat dalam senyawa tersebut.
Rumus sebenarnya untuk semua unsur dalam senyawa dinamakan rumus molekul.
Misalnya hidrogen peroksida mempunyai rumus nyata H2O2 ini
berarti rumus empirisnya HO. Asetilena ialah gas yang digunakan untuk mengelas,
dan benzena adalah pelarut cair. Sifat fisis dan kimia kedua zat ini berbeda,
tetapi rumus empirisnya sama, yaitu CH. Rumus molekul asetilena C2H2,
sedangkan rumus molekul benzena C6H6.
Menurut sejarah rumus
empiris ditentukan lewat penggabungan nisbah bobot dari unsur-unsurnya. Ini
merupakan langkah yang penting untuk menentukan daya gabung suatu unsur.
Baru-baru ini, unsur sintetik lawrensium diketahui mempunyai daya gabung 3
berdasarkan percobaan rumus empiris lawrensium radioaktif bergabung dengan klorin
membentuk lawrensium klorida dengan rumus LrCl3.
Beberapa unsur menunjukkan
daya gabung lebih dari satu, sehingga rumus empiris senyawa bergantung pada
bagaimana unsur itu bergabung. Misalnya besi dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk besi (II) oksida atau besi (III) oksida. Bergantung pada kondisi
pembentukan senyawa. Dalam percobaan ini, pita magnesium akan dipanaskan dalam
krus dan akan diubah menjadi oksida.
Beberapa reaksi yang
dilakukan dilaboratorium kimia selalu berkenaan dengan larutan, bebrapa
diantaranya bekerja dengan menggunakan air sebagai pelarut. Ketika air
diuapkan, hasil reaksi dapat diisolasi, seringkali dalam bentuk padatan.
Kadangkala bentuk padatan ini mengandung molekul air sebagai bagian dari
komposisinya. Sebagai contoh, jika nikel (II) oksida (NiO) dilarutkan dalam
larutan H2SO4 encer akan terbentuk NiSO4
NiO(s) + H2SO4(aq)
à NiSO4(aq) + H2O(l)
Bila air diuapkan,
terbentuklah kristal berwarna hijau gelap. Ketikka dianalisis kristal tersebut
mengandung 6 mol air untuk setiap mol nikel (II) sulfat. Senyawa ini dinamakan
hidrat atau garam hidrat, dan air yang ada merupakan bagian penting dari
komposisinya yang terbentuk dan disebut air hidrat.
Beberapa bahan akan menyerap
sedikit air jika ditempatkan diatmosfir yang mengandung banyak uap air.
Penambahan air akan membentuk hidrat dan kehilangan air membentuk zat anhidrat,
dan proses ini merupakan proses bolak balik. Sebagai contoh hidrat nikel (II)
sulfat jika dipanaskan akan kehilangan air membentuk nikel (II) sulfat
anhidrat. Nikel (II) sulfat anhidrat dapat dilarutkan kembali dalam air dan
dikristalisasi-ulanh sebangai senyawa hidrat.
NiSO4.6H2O
à NiSO4(s) + 6H2O(g)
Perubahan kimia pada reaksi
kedua juga berlangsung spontan, tanpa tambahan panas atau tambahan larutan air.
Pada kelembapan relatif tinggi zat anhidrat yang higroskopis dapat menyerap air
dari atmosfer. Zat yang menyerap air sering digunakan sebgai zat pengering atau
pengawet gas atau cairan. Jika jumlah air yang diserap terlalu besar, zat
tersebut akan meleleh, dan dapat hilang secara spontan bila ditempatkan pada
kelembaban yang rendah. Zat ini dinamakan zat pemekar (ofloresensi). Hal ini
sering ditandai oleh hancurnya kristal hidrat yang terbentuk dari sebuk
anhidrat padat.
Presentase air pada beberapa
sampel dapat ditentukan secara tida langsung. Pemanasan akan menguapkan air dan
jika ditimbang ulang terjadi penyusutan bobot contoh. Besarnya penyusutan merupakan
bobot air yang ada, dan hal ini dianggap tak ada gas lain yang dihasilkan dalam
proses ini. Jika dilakukan pada senyawa yang diketahui, rumus hidrat dapat
diketahui (Epinur, dkk.2013:30-31).
Rumus empiris dari percobaan
menentukan susunan (komposisi). Senyawa dari rumus kimia yang telah dipelajari
dapat diperoleh banyak informasi, tetapi bagaimana rumus kimia ini diperoleh?
Caranya sama dilakukan oleh dalton yaitu menyimpulkan rumus tersebut dari
percobaan penentuan komposisi suatu senyawa.
Rumus yang paling sederhana
mungkin disebut rumus empiris. Rumus empiris dapat digunakan untuk menghitung
bobot rumus senyawa. Bobot molekul diperoleh dengan cara yang sama atau dengan
melakukan suatu bilangan tertentu terhadap bobot rumus.
Rumus molekul dapat diperoleh
dengan mengalikan semua. Bahwa (subsripts) dalam rumus empiris dengan bilangan
pengali menghubungkan bobot molekul dengan bobot rumus (Suwandi.1995:20-21).
Rumus empiris memberikan
jumlah mol (bukan saja perbandingan) setiap jenis atom dalam satu mol molekul
senyawa, menentukan rumus molekul senyawa yang tidak diketahui memerlukan
percobaan dilaboratorium dengan langkah umum sebagai berikut:
-
Analisis
kualitatif : menentukan unsur yang terdapat
-
Penentuan
rumus empiris melalui percobaan
Diketahui bahwa
untuk menentukan rumus empiris senyawa maka persen komposisinya kemungkinan
untuk mengidentifikasi senyawa melalui percobaan. Prosedur yang dilakukan
sebagai berikut: pertama dengan analisis kimia kita akan memperoleh jumlah
garam dari setiap unsur yang terkandung dalam suatu senyawa dengan massa
tertentu. Kemudian ubah jumlah dalam gram menjadi jumlah dalam mol untuk tiap
unsur. Akhirnya rumus empiris dari senyawa dapat ditentukan (Raymond
Chang.2004:68).
Jika suatu zat
meleleh artinya terjadi perubahan tingkat wujud dari fasa padat uap ke fasa
cair. Perubahan ini bersifat resvible (bolak-balik) artinya es yang telah
menjadi air itu dapat membeku kembali menjadi es seperti eadaan awal. Perubahan
atau proses yang tidak bisa kembali lagi pada susunan semula (versible) seperti
lilin terbakar dan seperti pada reaksi kimia susunan semua tertentu (Ahmad
Hiskia.1986:23-24).
Senyawa hidrogen
peroksida bagi komponen atom-atom terkecil yang disebut molekul, mengandung 2H
dan 2O = H2O2 tetap nisbah. Atom-atom terkecil yang
(jumlah atom relatif) dari hidrogen oksigen HO. Kumpulan ini berdasar satuan
rumus disebut rumus sederhana atau sebuah molekulnya disebut rumus molekul.
Terdapat 3
kemungkinan hubungan yang perlu dipertimbangkan:
1.
Rumus
empiris dan rumus molekul dapat identik, seperti CCl4.
2.
Rumus
molekul dapat merupakan penggandaan dari rumus empiris. Rumus molekul H2O
adalah 2 kali rumus empiris HO.
3.
Suatu
senyawa dalam keadaan padat dapat memiliki rumus empiris NaCl, MgCl2,
atau NaNO3 dan tidak memiliki rumus molekul (Raip H
Petrucci.1992:162-163).
VI.
ALAT DAN BAHAN
RUMUS EMPIRIS SENYAWA
a.
Alat
Ø
Cawan
krus dan tutupnya
Ø
Neraca
Ø
Kertas
tisu
Ø
Kaki
tiga yang dilengkapi segitiga porselen
Ø
Pembakar
bunsen
Ø
Penjepit
krus
Ø
Pipet
tetes
Ø
Gelas
arloji
b.
Bahan
Ø
Pita
Mg (10-15cm)
Ø
40
tetes air
Ø
0,5
g logam tembaga
Ø
10
ml asam nitrat 4 M
HIDRASI AIR
A.
Penentuan
Kuantitatif Presentase Air dalam Senyawa Hidrat
a.
Alat
Ø
Cawan
porselen dan tutupnya
Ø
Segitiga
penyangga
Ø
Pembakar
bunsen
Ø
Neraca
b.
Bahan
Ø
Detergen
dan air suling
Ø
Larutan
HNO3 6M
Ø
1
g sampel
B.
Reaksi
Bolak-Balik Hidrat
a.
Alat
Ø
Spatula
Ø
Cawan
Porselen
Ø
Kaca
arloji
Ø
Pembakar
bunsen
b.
Bahan
Ø
½
spatula tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
VII.
PROSEDUR KERJA
RUMUS EMPIRIS SENYAWA
Cawan Krus dan Tutupnya
|
-
Ditimbang
hingga ketelitian 0,001 g dan dicatat bobotnya
Sepotong pita Mg (10-15cm)
|
-
Dibersihkan
dengan kertas tisu untuk menghilangkan kotoran dan minyak
-
Digulung
hingga masuk sesuai dengan dasar krus
-
Dimasukkan
kedalam krus dan ditimbang
Krus dan isinya
|
-
Diletakkan
diatas kaki tiga yang dilengkapi dengan segitiga porselen
-
Dipanaskan
20 menit dengan pembakar bunsen hingga dasar krus berpijar
-
Dibuka
sedikit tutup krus agar udara dapat masuk dengan menggunakan penjepit krus
-
Dilanjutkan
dengan pemanasan 20 menit lagi
-
Dimatikan
bunsen dan dibiarkan dingin selama 15 menit, & ditetesi dengan
40 tetes air
|
-
Dipanaskan
dalam keadaan tertutup dengan api kecil selama 5 menit hingga tidak ada asap
yang timbul
-
Dimatikan bunsen dan didinginkan selama 15 menit dan ditimbang
-
Dilanjutkan
pemanasan dengan api kecil (nyala biru) selama 20 menit dan dinginkan
-
Ditimbang
krus dan tutupnya
Hasil Pengamatan
|
Catatan
: Bila Mg tidak tersedia dapat digunakan Cu dengan prosedur :
Cawan Penguap
|
-
Dipanaskan,
didinginkan dan ditimbang serta ditambahkan
0,5 g logam tembaga
|
-
Dicampur
dengan
10 ml asam nitrat 4M
|
-
Ditutup
dengan gelas arloji
-
Dipanaskan
sampai terbentuk kristal hitam
-
Pemanasan
dilanjutkan kampai terbentuk kristal kekuning-kuningan
-
Didinginkan
dalam suhu kamar
-
Ditimbang
cawan penguap beserta isinya
-
Ditentukan
rumus empiris dari oksida tembaga tersebut
Hasil pengamatan
|
HIDRASI AIR
A. Penentuan Kuantitatif Presentase Air dalam Senyawa
Hidrat
Cawan Porselen
|
-
Dicuci
dengan detergen dan air suling, lalu bilas dengan air suling kemudian HNO3
6M dan dibilas dengan air suling sekali lagi
-
Dikeringkan
dan ditempatkan cawan pada segitiga penyangga
-
Diatur
ketinggian kaki tiga sehingg bagian tengah cawan tepat pada bagian yang panas
pada pembakar, penutup sedikit terbuka saat dipanaskan
-
Dipanaskan
dengan hati-hati sampai bagian tengah cawan terlihat membara
-
Dipertahankan
pemanasan selama 5 menit
-
Dihentikan
pemanasan dan didinginkan pada suhu kamar 10-15 menit
-
Dijaga
cawan dan tutupnya selalu dalam keadaan bersih dan ditimbang
1 g sampel
|
-
Dimasukkan
kedalam cawan dan timbang beserta tutupnya
-
Diletakkan
cawan pada segitiga dengan penutup sedikit tebuka sehingga uap dapat keluar
-
Dipanaskan
selama 1 menit dengan pembakar dibawahnya
-
Kemudian
naikkan panas hingga bagian atas cawan terlihat merah dan dibiarkan pemanasan
selama 10 menit.
-
Dihentikan
pemanasan, cawan ditutup, dibiarkan dingin pada suhu kamar kemudian ditimbang
-
Diulangi
pemanasan sampai didapat bobot tetap, sampai didapatkan perbedaan bobot 2-3 mg.
-
Dihitung
presentase air dalam contoh dan ditentukan rumus hidratnya
Hasil Pengamatan
|
B. Reaksi Bolak-Balik Hidrat
½ spatula tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
|
-
Dimasukkan
kedalan cawan porselen
-
Diamati
sampel dan dicatat warnanya
-
Ditutup
dengan kaca arloji
-
Dipanaskan
sampai contoh akan berubah menjadi pucat dan akhirnya putih
Catat Pengamatan
|
-
Dihentikan
pemanasan, setelah dingin diteteskan air yang terkumpul pada kaca arloji
kedalam cawan
Hasil Pengamatan
|
VIII.
DATA PENGAMATAN
SENYAWA MAGNESIUM
|
Bagaimana Mendapatkannya
|
Ulangan
I
|
Ulangan
II
|
1.
Bobot cawan krus + tutup
|
Menimbang
|
65,788 g
|
|
2.
Bobot cawan krus + magnesium
|
Menimbang
|
65,788 g
|
|
3.
Bobot magnesium
|
(2)-(1)
|
0,02 g
|
|
4.
Bobot cawan krus + tutup + magnesium oksida
|
Menimbang
|
65,88 g
|
|
5.
Bobot magnesium oksida
|
(4)-(1)
|
0,112 g
|
|
6.
Bobot oksida
|
(4)-(2)
|
0,090 g
|
|
7.
Bobot atom magnesium
|
Tabel berkala
|
24,3
|
24,3
|
8.
Bobot atom oksida
|
Tabel berkala
|
16,0
|
16,0
|
9.
Jumlah mol atom oksigen
|
|
0,00575
|
|
10. Jumlah mol atom magnesium
|
|
0,05823
|
|
11. Rumus empiris magnesium oksida
|
|
MgO2
|
|
SENYAWA TEMBAGA
·
Bobot
cawan penguap =
18.148
gr
·
Bobot
cawan penguap + tembaga = 28.21
gr
·
Bobot
cawan penguap + oksida tembaga = 32.182
gr
·
Bobot
oksida tembaga yang diperoleh = 14.042
gr
·
Tulis
reaksi antara logam tembaga dengan asam nitrat
A.
AIR
HIDRAT
1.
Massa
cawan kosong + tutup =
57.58
gr
2.
Massa
cawan kosong + tutup + contoh =
57.6725
gr
3.
Massa
cawan kosong + tutup + contoh pemanasan =
57.5804
gr
4.
Massa
contoh setelah pemanasan (bobot tetap) =
0.0925
gr
5.
Massa
contoh setelah pemanasan =
0.0004
gr
6.
Massa
air yang hilang dari contoh =
0.0921
gr
7.
Presentase
air yang hilang dari contoh =
99.56
%
8.
Massa
molar senyawa anhidrat =
159.5
9.
Rumus
hidrat =
CuSO4.H2O
B.
REAKSI
BOLAK-BALIK HIDRASI
a.
Warna
CuSO4.5H2O : biru muda
b.
Pada
pemanasan CuSO4.5H2O terdapat/tidak terdapat air dalam
kaca arloji : terdapat air
c.
Warna
contoh setelah pemanasan adalah : putih
d.
Setelah
pemanasan dan penambahan H2O terjadi warna : biru muda
e.
Persamaan
reaksi :
CuSO4.5H2O
à CuSO4 + 5H2O
CuSO4
+ 5H2O à CuSO4.5H2O
IX.
PEMBAHASAN
A.
Rumus empiris senyawa
Sebelum
melakukan praktikum hal pertama kali yang harus dilakukan adalah menyiapkan
bahan dan alat-alat yang dibutuhkan, selanjutnya menimbang krus beserta bobot
nya. Dari penimbangan itu, kami memperoleh massa nya sebesar 65.768 gr. Selanjutnya,
memasukkan pita magnesium yang telah dibersihkan terlebih dahulu kedalam krus
dan menimbangnya tanpa tutup, hasil massa nya yaitu 65.788 gr. Dari data yang
diperoleh, akhirnya kami dapat mengetahui bobot magnesium, yaitu dengan cara
berikut :
Bobot Mg =
krus setelah diisi Mg - sebelum diisi Mg
= 65.788 - 65.78
= 0.02 gr
Selanjutnya,
krus yang berisi magnesium diletakkan diatas kaki tiga yang dilengkapi dengan
segitiga porselen dengan memanaskannya pada bunsen (api biru) hingga krus
berpijar. Pemanasan ini dilakukan selama 2 menit dengan tutup krus terbuka
sedikit agar udara dapat masuk, sehingga logam Mg bereaksi dengan oksigen.
2
Mg + O2
2
MgO
Krus yang
dipanaskan dengan tutup terbuka menyebabkan magnesium bereaksi dengan udara
membentuk magnesium oksida. Selain itu, Mg juga bereakdi dengan nitrogen
dioksida membentuk Mg nitrat.
Mg
+ NO2 Mg(NO2)2
Setelah
pemanasan dilakukan selama 2 menit. Selanjutnya dinginkan selama 15 menit.
Setelah dingin ditetesi dengan 40 tetes air kedalam cawan, kemudian dipanaskan
lagi hingga air yang ada pada krus habis dan kering lalu ditimbang dan dapatlah
hasilnya 65.88 gr. Jika bobot krus + tutup + MgO telah didapat, maka bobot
magnesiym oksida dan oksida ditentukan.
Bobot MgO =
(4) – (1)
=
65.88 gr – 65.760 gr
= 0.112 gr
Bobot oksida =
(4) – (2)
=
65.88 gr – 65.788 gr
=
0.092 gr
Bobot atom Mg yang diperoleh dari
table berkala sebesar : 24.3
Bobot atom oksida yang didapat dari
table berkala sebesar: 16,0
Setelah data yang diperlukan
diketahui, kami menghitung jumlah mol atom oksigen dan rumus empiris MgO yaitu
:
Mol oksigen =
massa / Mr
=
0.00575
Mol Mg = massa / Mr
= 0.000823
Jadi, rumus empiris MgO adalah :
Mol Mg
= mol O
0.000823 = 0.00575
1 :
7
RE : (MgO7)11
1. Senyawa
Tembaga
Percobaan selanjutnya
yaitu menentukan rumus empiris oksida tembaga. Mula-mula kami menimbang bobot cawan
penguap. Hasil penimbangan yang diperoleh yaitu sebesar 18.140 gr. Selanjutnya
kami memasukkan tembaga kedalam cawan penguap lalu ditimbang hingga diperoleh
massanya 28.21 gr. Setelah itu, pada cawan yang berisi tembaga kami campurkan
dengan 10 ml asam nitrat dan ditutup dengangelas arloji. Setelah semua logam
tembaga larut, dipanaskan hingga terbentuk kristal hitam. Pemanasan dilanjutkan
sampai terbentuk Kristal kekuning-kuningan, lalu ditimbang, bila sudah
dinginkan dan didapatlah massanya sebesar 32.182 gr selama pemanasan logam
tembaga bereaksi dengan asam nitrat dengan reaksi :
Cu + 2HNO3
Cu(NO3)2 + H2
Dari data tersebut
dapat diperoleh bobot oksida tembaga dengan rumus :
v Bobot
CuO =
(Bobot cawan + CuO) – (Bobot cawan penguap)
= 32.182 gr – 18.140 gr
= 14.042 gr
v Bobot
Cu =
(Bobot cawan + tembaga) – (bobot cawan)
= 28.21 gr – 18.140 gr
= 10.07 gr
v Bobot
C =
(Bobot CuO – bobot Cu)
= 14.042 gr – 10.07 gr
= 3.972 gr
Setelah data yang diperlukan diketahui, maka kami dapat
menghitung rumus empiris CuO :
Perbandingan mol Cu : O
0.155 :
0.24825
1 :
2
RE : CuO2
B. Air
hidrat
Dari percobaan ini kami memperoleh data massa cawan kosong +
tutup sebesar 57-58 gr dan massa cawan kosong + tutup + contoh dipanaskan lalu
ditimbang hingga dihasilkan massa nya sebesar 57.5804 gr.
Setelah massa tersebut diketahui, maka kami dapat menentukan
rumus hidratnya dengan menggunakan rumus :
v Massa
contoh setelah pemanasan = data (3) – data (1)
= 57.804 gr – 57.58 gr
= 0.0004 gr
v Massa
air yang hilang dari contoh = massa contoh sebelum pemanasan – massa contoh setelah pemanasan = 0.0925 gr – 0.0004 gr = 0.0921 gr
v %
air yang hilang dari sampel
% air =
massa air yang hilang x 100 %
=
x
100 %
=
x
100 %
= 99.5 %
Massa molar senyawa hidrat dapat ditentukan berdasarkan massa
atom penyusunnya sehingga Mr CuSO4 = 159.5 gr. Perhitungan terakhir
adalah menentukan rumus senyawa empiris tersebut dan menentukan mol CuSO4
dan mol H2O :
Perbandingan
mol CuSO4 : mol H2O
0.00000250783 :
0.0005186
1 : 2000
CuSO4.2000H2O
C. Refleksi
bolak-balik
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, warna CuSO4.5H2O
sebelum dipanaskan berwarna biru muda, lalu CuSO4.5H2O
setelah dipanaskan dan terdapat air dalam kaca arloji dan warna nya berubah
ketika dipanaskan air bunsen menjadi pudar dan memutih.
Selanjutnya kami menambahkan H2O akan membentuk
hidrat dan berkurang atau hilangnya H2O akan membentuk senyawa
anhidrat. Persamaan reaksi bolak-balik :
CuSO4.5H2O ↔ CuSO4 + 5H2O
X.
DISKUSI
A.
Rumus empiris senyawa Mg dan Cu serta air
hidrat
Pada percobaan rumus empiris senyawa magnesium dan tembaga serta
percobaan air hidrat didapat hasil yang tidak akurat (tepat)
dimana percobaan ini kami mendapatkan perhitungan rumus empiris senyawa
magnesium adalah MgO2, senyawa tembaga adalah CuO2 dan
percobaan air hidrat senyawa nya adalah CuSO4.2000H2O,
seharusnya rumus empiris senyawa magnesium yang dapat adalah MgO dan rumus
tembaga CuO karena secara teori kedua unsur nya sama-sama memiliki ion 2.
Sedangkan untuk percobaan air hidrat senyawa yang diperoleh seharusnya CuSO4..5H2O.
Kesalahan ini terjadi disebabkan :
1.
Percobaan yang dilakukan tidak sesuai
prosedur seperti percobaan senyawa tembaga yang dilakukan, seharusnya senyawa
tembaga dipansakan hingga mengkristal, namun kami memanaskannya tidak sampai
mengkristal sehingga berpengaruh pada bobot oksida tembaganya.
2.
Tidak teliti dalam menimbang
bobot-bobotnya, hal ini disebabkan salah dalam menggunakan alat timbangannya.
Sehingga didapatkan hasil yang tidak akurat.
3.
Kesalahan terjadi oleh kami dikarenakan
lalai dan kurang paham pada prosedur kerja.
B.
Reaksi bolak-balik hidrasi
Pada percobaan reaksi bolak-balik
hidrasi didapatkan hasil yang sesuai teori dimana CuSO4.5H2O
adalah berwarna biru muda warna masih merupakan senyawa hidrat yang mengandung
air. Saat pemanasan H2O dilepaskan terbukti dengan adanya air pada
kaca arloji sehingga warna contoh setelah pemanasan dan penambahan H2O
warna contohberubah menjadi biru muda dan reaksi ini dinamakan reaksi
bolak-balik hidrasi dengan persamaan reaksi :
CuSO4.5H20
↔ CuSO4 + 5H2O
XI.
PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1.
Bila logam Mg yang digunakan bobotnya
berbeda-beda, apakah rumus empirisnya sma ? Jelaskan !
Jawab
:
Ya, karena rumus empiris senyawa
menyatakan jumlah atom terkecil yang terdapat dalam senyawa dan tidak
tergantung pada massa unsur.
2.
Dari data dibawah ini, hitung rumus
empiris senyawa, suatu senyawa sulfat dengan bobot 50 gr dipanaskan dengan
kondisi tertentu, untuk menghasilkan senyawa sulfat dengan 100 gr. Bagaimana RE
tersebut ?
Jawab
:
Diketahui : Bobot sulfur = 50 gr
Ditanya : RE = …
Dijawab :
Bobot O2 =
x
massa sulfur oksigen
=
x
100 gr
= 50 gr
Perbandingan mol :
S : O
1.5625 : 3.125
1 :
2
Jadi,
Rumus empirisnya adalah SO2
3.
Kenapa
dipilih cawan porselin yang masih baik (utuh) untuk percobaan menentukan rumus
hidrat ?
Jawab :
Karena
cawan porselen tersebut tersebut akan digunakan untuk pemanasan, jika tidak
dipilih yang baik, maka akan mempengaruhi zat itu waktu pemanasan (ada zat yang
ikut tertimbang). Selain itu cawan porselen yang masih baik (utuh) dapat
mengurangi kesalahan dalam menimbang untuk menentukan massa, baik sebelum
pemanasan maupun sesudah pemanasan.
4.
Apa
yang dimaksud dengan bobot tetap?
Jawab :
Bobot
tetap adalah bobot yang didapat setelah beberapa kali pemanasan hingga tidak
ada lagi perubahan lagi pada bobotnya.
5.
Apa
tujuan menutup mulut tabung reaksi pada percobaan B? Jelaskan !
Jawab :
Agar
air terkumpul dikaca arloji (tutup) pada saat pemanasan senyawa hidra. Air yang
merupakan bagian struktur kristal hidrat akan menguap atau melepas sehingga
tabung reaksi tersebut ditutup dan juga mengurangi terjadinya kontaminasi
langsung dengan udara.
6.
Mengapa
warna CuSO4 yang biru berubah menjadi putih pada pemanasan?
Jawab :
Karena
CuSO4 mengandunghidrat (air), pada saat pemanasan air akan menguap
sehingga warnanya berubah menjadi putih.
7.
Pemanasan
harus dihentikan segera bila warna berubah menjadi cokelat atau hitam. Jelaskan
maksud dan tujuan kalimat terebut.
Jawab :
Karena
kadar air yang tersedia habis, hal ini dapat memicu pembakaran zat dan tidak
ada lagi bobot tetap.
8.
Suatu
senyawa hidrat mempunyai massa 1,632 g sebelum dipanaskan dan 1,008 g setelah
dipanaskan. Hitunglah presentase air secara eksperimen pada hidrat.
Jawab :
Diketahui : Massa sebelum pemanasan = 1,632 g
Massa sesudah pemanasan = 1,008 g
Massa air yang hilang = 1,632 - 1,008 = 0,624 g
Ditanya : % air = …
Dijawab :
%
air =
x 100%
=
x 100%
=
38,235%
9.
Tuliskan
reaksi setimbang dari persamaan CuSO4.5H2O
Jawab :
CuSO4.5H2O
à CuSO4 + 5H2O
XII.
KESIMPULAN
1.
Pada
senyawa hidrat terjadi reaksi bolak balik. Dalam senyawa hidrat penambahan air
akan membentuk senyawa hidrat.
2.
Presentasi
air dalam hidrat yaitu:
%
air =
x 100%
3.
Sifat-sifat
senyawa hidrat yaitu:
Ø
Membentuk
kristal
Ø
Mengandung
molekul air
Ø
Mengalami
reaksi bolak-balik
Ø
Dapat
dipisahkan dengan cara pemanasan
4.
Reaksi
bolak-balik hidrasi adalah reaksi dimana senyawa anhidrat dan air sebagai
reaktan harganya sama besar dengan produk yang dihasilkan yaitu senyawa hidrat
atau sebaliknya
Contoh
: CuSO4.5H2O à CuSO4 + 5H2O
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Bandung: Erlangga
Epinur, dkk. 2013. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar. Jambi: Universitas Jambi
Hiskia, Ahmad. 1986. Buku materi pokok kimia I. Jakarta: Depdikbud
Petrucci, Raip. 1992. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Suwandi. 1995. Rumus
Kimia. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar