Minggu, 20 November 2016

TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN KEASAMAN (pH) LARUTAN BUFER



PERCOBAAN IX

I.                  JUDUL PRAKTIKUM
TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN KEASAMAN (pH) LARUTAN BUFER
II.               HARI, TANGGAL
SELASA, 19 MARET 2014
III.           TUJUAN PERCOBAAN
1.      Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam
2.      Menstandarlisasi larutan penitrasi
3.      Menstandardisasi larutan NaOH
4.      Menggambarkan kurva titrasi
5.      Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah
6.      Menjelaskan pentingnya pengendalian ph terutama pada sistem fisiologi tubuh
7.      Menguraikan cara mempertahankan ph dalam berbagai macam penggunaan
8.      Mengenal dengan baik beberapa larutan bufer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi
IV.           PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1.      Apa yang di maksud dengan (a) Asam ,(b) Basa, (c) Tittik Ekuivalen, dan (d) Indikator
Jawab:
·         Asam   :senyawa yang mempunyai rasa asam, mengubah warna lakmus biru menjadi merah.
·         Basa    : Senyawa yang mempunyai rasa pahit dan mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru.
·         Titik Ekuivalen            : Titik yang terjadi antara larutan asam dan basa di mana larutan asam dapat bereaksi dengan senyawa jumlah larutan basa.
·         Indikator         : Suatu zat yang di gunakan sebagai petunjuk untuk membedakan larutan asam dan basa.
2.      Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen.
Jawab:
·         Titik akhir titrasi: Titik dalam suatu titrasi yang mana suatu indikator berubah warna.
·         Titik Ekuivalen: Ketika zat yang di titrasi tepat bereaksi dengan zat penetralan.
3.      Sebanyak 0,774 9 kalium hidrogen sitrat di masuk ke dalam erlenmeyer dan di larutkan dengan air suling, kemudian di titrasi dengan larutan naoh. bila terpakai 33,60 ml, berapa molaritas naoh tersebut?
Jawab:
Diketahui : KHC6H6O7 + NaOH           ->               NaKC6H6O 2
                  Vol NaOH = 33,6 ml= 0,0336
                  Ditanya     : M NaOH=…
                  Dijawab     :
                  Mol KHC6H6O7 = 0,7742/230 = 3,36.10-3
                  Mol NaOH = Mol KHC6H6O7 = 3,36.10-3 mol
                  M NaOH   = mol  / L
                                    = 3,36.10-3 mol / 33,60.10-3 ml
                                    = 0.1 M
4.      Jelaskan apa yang di maksud dengan:
·         Kurva titrasi asam basa: Gambar yang menyatakan hitungan ph dengan volume liter.
·         Titik Ekuivalen: Titik di mana asam telah bereaksi sempurna
·         Standarisasi: Proses untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang di tentukan dengan teliti.
·         Larutan standar primer: larutan yang di ketahui konsentrasinya.
·         pH: Logaritma Negatif  H+ atau menyatakan konsentrasi negatif H+ dalam laruutan
·         pH Meter: Alat yang di gunakan untuk mengukur pH larutan
5.      Hitung massa kalium hidrogenftalat (khp) unttuk menetralisasi 25 ml NaOH 0,1 M dan tulis persamaan reaksinya.
Jawab:
Diketahui  : V NaOH = 25 ml
 M NaOH = 0,1M
Ditanya     : massa = …
Dijawab     :
KHC8H4D4 + NaOH                     NaKC8H4D4 + H2O
0,0025 mol            0.0025             0,0025
mol NaOH            = m.V
= 0,1 x 0,025
= 0,025 mol
Masa kalium Hidrogen ftalat        = mol x Mr
= 0.0025 x 204
= 0,51gr
6.      Bagaimana membuat 50 ml larutan HCl dengan pH 1 dari larutan HCl 1M? 
Jawab:
pH = 1
[H+] = 10-1 m
v Hcl = 50 ml
V1 . m1 = v2. m2
v1 .1 = 50 . 10-1 = 5ml
v1 = 5ml
v2 = 50 ml
v air = v2-v1= 45 ml
Cara membuat larutan 5ml HCl 1m + 45 ml air suling
7.      Apakah larutan Bufer itu? mengapa larutan bufer itu penting?
Jawab:
·         Larutan bufer (larutan penyangga) adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph walaupun di lakukan penambahan larutan asam/basa ke dalam larutan tersebut.
·         Karena dapat mempertahankan pH larutan dalam daerah pH tertentu sebab mengandung ion garam kesetimbangan asam lemah/ basa kedalam larutan tersebut
8.      Berilah definisi untuk asam lemah dan basa lemah.
Jawab:
·         Asam lemah:ion  H+  nya lebih besar di bandingkan air sehingga menggeser kan kesetimbangan air ke kiri akibatnya (H+) dan air makin kecil terhadap yang berasal dari asam lemah.
·         Basa lemah: (OH-) dan air dapast di abaikan karena sangat kecil di bandingkan yang dari basa
9.      Jelaskan dengan persamaan reaksi bagaimana larutan natrium sionida(NaCN) denan hidrogen sionida(HCN) berfungsi sebagai larutan bufer.
Jawab:
HCN + NaOH = NaCN + H2O
HCN         H+ + CN-
NaCN        Na+  + CN-
                        Jika ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk HCN (kesetimbangan bergeser kekiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap).
                        Jika ditambahkan Basa, ion OH- bereaksi dengan H+ membentuk H2O (kesetimbangan bergeser kekanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan ion H+)
                        Ion H+ diikat oleh OH- ditutupi kembali dari penguraian ion sehingga jumlah ion H+ tetap

10.  Sebutkan beberapa pasangan larutan bufer yang sifat fisiologisnya sama besar.
Jawab:
HC2H3O2 + NaOH           ->             NaC2H3O2 + H2O
KH2PO4 + NaOH              ->                    K2HPO4 + H2O

V.               LANDASAN TEORI
Suatu penerapan penting dan stoikiometri di laboratorium adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. pengukuran yang di dasarkan pada massa di namakan gravimetri, dan pengukuran berdasarkan volume larutan di namakan volumetri atau titrasi. dalam percobaan ini teknik analisis volumetri di terapkan pada analisis contoh yang mengandung asam.
Beberapa jenis reaksi yang dapat digunakan untuk titrasi yaitu raksi pengendapan, reduksi dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung secara sempurna.
Pada percobaan ini akan digunakan reaksi asam basa untuk menstandardisasi larutan basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Singkatnya reaksi asam basa atau netralisasi disebabkan oleh pindahnya proton (ion H+) dari asam ke basa. Contoh klasik dari tipe reaksi ini adalah reaksi ion hidrogen dengan ion hidrasil
H+ (aq) +  OH-(aq)               ->                  H2O (l)
Pada percobaan ini sumber ion OH-adalah larutan NaOH encer dan sumber ion H+ adalah larutan asam. Mula-mula siapkan larutan NaOH 0,1 m kemudian larutan ini di standardisasi dengan larutan asam yang di ketahui konsentrasinya. larutan naoh tidak tersedia dalam keadaan murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya karena menyerap CO2udara. OLEH sebab itu larutan naoh harus di standardisasi sebelum di gunakan untuk menitrasi contoh.
Pada kebanyakan titrasi asam basa. perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas. oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi di pakai indikator karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada ph tertentu pada percobaan ini di gunakan fenollftalein. senyawa ini tak berwarna dalam larutuan asam dan berwarna merah jambu dalam larutan basa.
Untuk menghitung tetapan ionisasi asam asetat melalui persamaan henderson-hasselbalch.
pH = pKa + Log
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung harga pH dari larutan bufer. cara ini dapat di gunakan untuk menghitung pH pada setiap titik dari kurva titrasi. Harga pH pada kurva terlihat dari mulai harga pH sebelum penambahan naoh sampai pada lewat titik ekuivalen. dengan menggunakan persamaan di atas kita bisa menghitung harga Ka. selama titrasi, konsentrasi asam basa akan menurun karena asam lemah bereaksidengnan NaOH yang ditambahkan.
Kuantitas asam dan basa akan sama pada titik tertentu, keasaman juga akan terjadi pada ½ titik ekkuivalen pada titik pertengahan, jumlah ½ NaOH yang diperlukan bereaksi sempurna dengan ½ jumlah asam lemah. Kuantitas NaOH pada titik pertengahan adalah
  = 13,51 ml
Pada saat ini konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa sesuai dengan persamaan berikut:
           [Asam]                 = [ Basa]
Log     [Asam]/ [ Basa]    = Log 1 = 0
Menurut persamaan Henderson-Hasselbalch
pH = pKa
Maka pKa dapat ditentukan
Sebagian besar proses fisiologis sangat peka terhadap perubahan pH. misalnya, pH akan darah manusia pada dasarnya di pertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini darah dapat mengangkut oksigen dan karbondioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2(konsentrasi H+ lebih tinggi) maka hemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan oksigen, dan bila pH meningkat (konsentrasihemoglobin dalam darah tidak akan terurai menjadi karbondioksida dalam paru-paru).
Asam lemah, Basa lemah, dan Garamnya
Sistem larutan bufer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) bersama-sama dengan garamnya. adapun asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya mengion sedikit. asam asetat(  HC2H3O2 ) adalah asam yang lemah, seperti di tunjukkan pada persamaan berikut.
HC2H3O2 +  H2O = H2O + C2H3O2
Larutan amonium hidroksida adalah contoh dari basa lemah, juga karena hanya beberapa persen saja dari basa ini berada sebagai ion nh dan oh. asam dan basa di gololngkan sebagai kuat atau lemah, tergantung pada derajat pengionannya (ionisasi). Beberapa asam yang derajat ionisasinya tinggi(menddekatu 100 persen) dalam larutan encer dalam air adalah    Basa-basa ionik seperti NaOH, kOH, dan Ca (OH)2 berada sebagai ion dalam kondisi padat dan juga terdisosiasi sempurna dalam air. sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya HC2H3O2, HCN, H2CO3, dan H3PO4), asam organik (RCOOH ) dan beberapa basa organik (R- NH2) hanya sedikit mengion dalam larutan air.
Garam dan asam lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama dengan ion asamnya. garam antaralain dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah bereaksi dengan basa yang sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. contohnya garam yang terdiri dari ion C3H3O2- adalah garam dari asetat (HC2H3O2). Suatu garam yang khas, umpamanya natrium asetat(NaC2H3O2) dapat di bentuk dari asam dan basa bersangkutan.
HC2H3O2+ NaOH                     NaC2H3O2 + H2O
Sama halnya, natrium slanida(NaCN) dan kalsium sianida [Ca (CN)2 ] adalah garam dari asam slanida. Kalium Monohidrogen fosfat (K2HPO4), adalah garam asam hidrogen fosfat dan KH2PO4  sebagaimana di tunjukkan dalam persamaan berikut:
KH2PO4+ KOH                          K2HPO4 + H2O
Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan basa. Contoh garam-garam dari amonium hidroksida,  NH4OH (larutan amonium NH3), ialah amonium klorida, NH4CL dan amonium sulfat, (NH4)2 SO4 (Epinur.2012:61-64).
Sifat-sifat penting yang perlu di ingat dalam kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat.
-        pH awal lebih tinggi di bandingkan dalam kurva titrasi asam kuat dan basa kuat
-        Terdapat peningkatan ph yang cocok yang agak tajam pada suatu titrasi
-        Sebelum titik sertara di capai, perubahan ph terjadi secara bertahap
-        pH pada titik ini setelah lebih besar dari 7
-        Setelah titik sertara, kurva dititrasi pada asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva asam basa kuat.
Titrasi asam polipotik lemah bukti kuat bahwa asam polliprotik mengion dalam penetralan asam fosfat hampir semua molekul H3PO4 mulai di ubah menjadi Na2PO4dan akhirnya Na2HPO4 diubah menjadi Na3PO4yaitu:
Na3PO4 + OH-                                  H2PO4-  + H2O diikuti dengan
H2PO4 + OH                -               PO4-3 + H2O (Sutrisno.1994: 100-101).
Untuk larutan basa,konsentrasi  harus melebihi konsentrasi H+ dalam suatu larutan. ketidakseimbangan tersebut dapat dibuat melalui dua cara yang berbeda:
Pertama: Basa dapat berupa hidroksida, yang hanya dapat berdisosiasi untuk menghasilkan ion hidroksida. Di mana M melambangkan kation, biasanya logam, basa yang paling umum adalah berbentuk hidroksida seperti itu.
Garis kedua bisa di lakukan dengan mengektrasi satu ion. hidrogen dari ssatu molekul air, menyisakan satu ion hidroksida:
Kekuatan bufer bukan merupakan suatu yang istimewa, sifat ini hanya merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrum dapat balik mendesak yang terjadi didalam  larutan satu donor proton dan elvepror proton konjuganya. jika keduanya terdapat konsentrasi yang sama.
Jika kita menambah H+ atau OH-kedalam bufer, akibatnya adalah perubahan kecil pada nisbah konsentrasi relatif asam dan anionnya karena juga hanya sedikit sistem buffer dengan penambahan sejumlah kecil asam /basa diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya. jumlah komponen buffer tidak berubah yang berubah hanya nisbahnya (Lehninger.1993:187).
Suatu larutan yang mengandunng suatu asam lemah plus suatu garam dari asam itu atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa kuat. sistem semacam ini di sebut sebagai larutan buffer (penyangga) karena seedikit penambahan asam kuat / basa kuat hanya mengubah sedikit pH nya.
contoh:
H+ + C2H3O2-       ->        HC2H3O2
                pH nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya,  jika ion hidrogen yang di tambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang bersifat basa. Larutan buffer standar dapat di buat dari asam lemah dan garam dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang enak dipakai telah tersedia untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh larutan dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah dapat di hitung sebagai berikut:
Ka = (H+[A]) / [A]
[H+] = Ka (H+[A]) / [A])
-Log [H+] = -Log Ka- log ([HA] / [A])
pH = pKa-log ([HA] / [A])
pH = pKa + log  (keenan.1991 : 235-237).
VI.           ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
Ø  Erlenmeyer
Ø  Pipet tetes
Ø  Neraca
Ø  Gelas ukur
Ø  Tabung reaksi
Ø  Indikator universal
Ø  Buret 50 ml
Ø  Botol 500 ml
Ø  Corongan
Ø  Tiang penyangga
Ø  Kaca arloji
Ø  Batang pengaduk
b.      Bahan
Ø  Air suling
Ø  Indikator pp
Ø  Larutan NaOH
Ø  Khp 0,1 gr
Ø  Cuka dapur
Ø  Larutan HCl
Ø  Larutan natrium asetat
Ø  NH4Cl
Ø  NH4OH
VII.        PROSEDUR KERJA
A.    Penyiapan Larutan NaoH 0.1 M
1.6 gr NaoH
·         Ditimbang
·         Dipindahkan ke botol
·         Dilarutkan dengan 400 Ml air suling
·         Di kocok
Hasil pengamatan
B.     Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M
Buret 50 ml
·         Dicuci dan dibilas dengan air suling
·         Ditutup dan dimasukkan kira-kira 5 ml naoh
·         Diisi buret dengan naoh s/d 0
·         Dialirkan larutan
2 erlenmeyer 250 ml
·         Dicuci dan dibilas
·         Ditetesi 25 ml HCL 0,1 dimasukkan pada tiap erlenmeyer
25 ml air suling dan 3 tetes indikator fenolftalein
·         Ditambah kedalam tiap erlenmeyer
·         Dicatat kedudukan awal NaOH
·         Di alirkan sedikit demi sedikit naoh pada Erlenmeyer 1
·         Dicatat volume akhir pada buret
·         Dilakukan 2 kali
3 buah erlenmeyer
·         Dicuci
·         Diisi dengan 0,14 gr KHP
·         Ditambahkan 10 ml air suling, dikocok sampai larut
·         Ditambahkan 3 tetes indikator pp
·         Dicatat volume NaOH yang terpakai
Hasil pengamatan

C.     Menentukan persentase asam asetat dalam cuka
3 erlenmeyer 250 ml
·         Dicuci dan dibilas
·         Ditetes 25 ml asam cuka kedalam seeeeetiap erlenmeyer
10 ml air suling
·         ditambahkan
3 tetes indikator pp
·         Ditambahkan dan dititrasi dengan larutan standar sampai terbentuk warna merah
·         Dihitung persen massa pada tiap-tiap contoh
·         Diulangi 1 kali lagi jika hasil yang didapat berbeda>0,05%
Hasil pengamatan



POTENSIOMETRI
Seperangkat alat pH meter
·         Disiapkan
larutan bufer ber pH 5
·         .Dikalibrasi
5,1 gr KHP
·         Ditimbang
·         Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda +
80 ml pipet cairan
·         Dimasukkan kedalam gelas piala
larutan NaOH yang akan distandardisasi
·         Dimasukkan kedalam buret
·         Dipasang seperti gambar
·         Dicatat pH
·         Dibuat kurva titrasi
·         Diulangi percobaan sekali lagi mulai no 2
Hasil pengamatan

A.    Larutan Bukan Bufer
1.      Penentuan pH larutan bukan bufer
1 ml air suling
1 ml HCl 0,0001M
1ml NaOH 0,0001M
·         Dimasukkan kedalam tabung
Hasil pengamatan

2.      Penentuan pH setelah ditambahi asam
1 ml air suling
1 ml HCl 0,0001M
1ml NaOH 0,0001M
·         Dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan
1 tets HCl
Hasil Pengamatan
B.     Larutan Bufer
1.      Penentuan pH larutan Bufer
5ml asam asetat dan 5ml natrium asetat
5ml NH4OH dan NH4Cl
·         Dicampur dalam tabung reaksi
·         Dicatat
Hasil Pengamatan
2.      Penentuan pH larutan Bufer setelah penambahan asam
2 ml larutan bufer
2 ml laruran bufer
·         Dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan
1 tetes HCl 1 M

Hasil Pengamatan

3.      Penentuan pH larutan Bufer setelah penambahan basa
2 ml larutan bufer
2 ml laruran bufer
·         Dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan
1 tetes NaOH 1 M

Hasil Pengamatan

VIII.    DATA PENGAMATAN
TITRASI ASAM BASA
A.    STANDARISASI DENGAN LARUTAN HCL

Ulangan 1
Ulangan 2
1.      Volume larutan HCL
25 ml
25 mol
2.      Molaritas larutan HCL
0,1 M
0,1 M
3.      Mol HCL yang dipakai
25.10-4 mol
25.10-4 mol
4.      Mol NAOH yang didapat
0,0221mol
0,022mol
5.      Volume NAOH awal
50ml
50mol
6.      Volume NAOH akhir
29ml
30 ml
7.      Volume NAOH yang ditambahkan
221ml
220 ml
8.      Molaritas larutan NAOH
0,01M
0,01 M
9.      Molaritas larutan NAOH rata-rata
0,01M
0,01a M
B.     STANDARISASI DENGAN KHP

Ulangan 1
Ulangan 2
1.      Massa botol timbang berisi KHP
2.      Massa botol timbang setelah KHP
3.      Massa KHP
4.      Mol KHP
5.      Mol NAOH dibutuhkan
6.      Volume NAOH awal
7.      Volume NAOH akhir
8.      Volume NAOH terpakai
9.      Molaritas larutan NAOH
10475 gr

105,2 gr

0,55 gr
0,0017 gr
0,026 ml
26 ml
39,5 ml
0,1 M
0,1 M
10,25 gr

105,19gr

0,559 gr
0,0017 mol
0,026 ml
24 ml
24 ml
34 M
0,1 M
C.     Menentukan % asam asetat dalam cuka

Ulangan 1
Ulangan 2
1.      Volume cuka
2.      Rapatan cuka
3.      Massa cuka
4.      Vol NAOH awal
5.      Volume NAOH akhir
6.      Volume NAOH terpakai
7.      Molaritas larutan  NAOH
8.      Mol NAOH ditambahkan
9.      Mol asam asetat
10.  Bobot asam asetat
11.  %Massa asam asetat
12.  Massa rata-rata asam asetat
1ml
1,008 g/m
1,008 gr
50 ml
44,5 ml
55,5 ml
0,1 M
5,55 mol
5,55 mol
333 g
0,3 %
0,325%

1 ml
1,008 g/m
1,008 gr
50 ml
41,4 ml
48,6 ml
0,1 M
486 mol
4,86 mol
291,69
0,35%
0,325%
D.    POTENSIOMETRI
No.
Volume NaOH(ml)
pH
1.
10 ml
4
2.
20 ml
5
3.
30 ml
5
4.
40 ml
5
5.
45 ml
5
6.
46 ml
5
7.
48 ml
6
8.
50 ml
6
9.
55 ml
6
10.
60 ml
6

E.     LARUTAN BUKAN BUFER DAN LARUTAN BUFER
No.
Larutan
pH (keasaman)


awal
Setelah penambahan asam klorida
Setelah penambahan natrium hidroksida
1
Larutan Bukan Bufer
a.    Air
b.   Natrium hidroksida
c.    Asam klorida


5
6

4


1
1

1


1
1

1
2
Larutan Bufer
1.     Campuran asam asetat dan natrium asetat
2.     Campuran amonium hidroksida dengan amonium klorida

4


10

1


11

4


11

IX.           PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul trimetri dan pengendalian pH kami banyak melakukan standarisasi . suatu larutan perlu di standarisasi seperti halnya NAOH karena merupakan larutan primer. Maksudnya larutan yang sudah memiliki konsentrasi tetap . pembuatan standarisasi untuk larutan standsar primer harus memiliki syarat:
a.       Mudah diperoleh dalam bentuk murni
b.      Harus stabil
c.       Zat mudah di keringkan , tidak dihigoskopis tidak menyerap uap air
d.      Masaa ekuivalen besar

A.    Standarisasi dengan larutan HCL
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah mencuci buret yang berukuran 50ml dengan menggunakan air suling, kemudian menimbang 1,6 g NaOH dan dipindahkan kedalam botol. Larutan NaOH yang sudah dibuat. Siapkan 3 erlenmeyer dan masukkan 25ml air suling dan 3 tetes indikator pp, lalu letakkan erlenmeyer yang sudah terisi tadi dibawah buret, secara perlahan teteskan larutan NaOH yang ada didalam buret ke erlenmeyer yang berisi larutan HCl, sampai larutan erlenmeyer berubah menjadi warna merah muda.
Pada percobaan kali ini volume awal NaOH adalah 50 ml, sehingga molaritas larutan NaOH dapat dihitung:
M=  =  = 0,0001 x 1000 l = 0,1 M
Dalam perhitungan didapat molaritas NaOH adalah 0,1 M, berarti molaritas NaOH secara teori sama dengan NaOH secara praktek. Berdasarkan teori dikatakan bahwa titik ekuivalen akan tercapai bila mol zat penitrasi sama dengan mol zat yang dititrasi, ini berarti mol NaOH sama dengan mol HCl, berikut perhitungannya:   
Mol HCL  = M HCl x V HCl
                  = 0,1 M x 0,025 l
                  = 0,0025 mol
Mol NaOH= M NaOH x V HCl
                  = 0,02 x 0,031
                  = 0,0025 mol
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa larutan HCl berubah warna ketika mol HCl = mol NaOH = 0,0025 mol
Dari percobaan yang telah dilakukan ternyata perbedaan molaritas NaOH yang didapat terlalu besar antara praktek dan teori. Kami melakukan percobaan dengan 3 kali pengulangan. Pengulangan kedua menggunakan volume NaOH 31 ml dan larutan HCl  didalam erlenmeyer mengalami perubahan warna menjadi merah muda pucat. Dan molaritas NaOH yang didapat yaitu:
M =  =  = 0,0001 x 1000 l = 0,1 M
Maka molaritas rata-rata NaOH dapat dihitung:
M NaOH rata-rata =  =  = 0,1 M
B.     standarisasi dengan KHP
Pada percobaan selanjutnya yaitu untuk melakukan standarisasi dengan meenggunakan 0,35 gr kalium hidrogen ftalat (khp) yang ditambahkan dengan 3 tetes indikator fenolftelain (pp) dan kemudian di titrasi dengan larutan NaOH hingga terbentuk warna merah muda percobaan ini dilakukan dengan 2 kali pengulangan
Ulangan 1
·         massa khp = 0,55 gr
·         mol khp = gr/mr
·         mol NaOH yang dibutuhkan 0,0026 M
·         volume NaOH yang terpakai = 0,1 M
·         molaritas larutan NaOH = 0,1 M
ulangan 2
·         massa khp = 0,55 gr
·         mol khp = 0,0017 mol
·         mol NaOH yang dibutuhkan 0,00026 M
·         volume NaOH yang terpakai =  34ml
·         molaritas larutan NaOH = 0,1 M
C.     Menentukan % asam asetat dalam cuka
Pada percobaan ini digunakan tiga erlenmeyer 250 ml . yang ditambahkan 20 ml air suling kedalamnya lalu ditetesi 3 tetes indikator pp dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai terbentuk warna merah jambu, percobaan ini juga dilakukan sebanyak 2 kali
Ulangan 1
·         Volume cuka   = 1 ml
·         Rapatan cuka  = 1,008 g/m
·         Massa cuka      = 1,008 g
·         Volume NaOH awal   = 100 ml
·         Volume NaOH akhir   = 44,5 ml
·         Volume NaOH terpakai          = 55,5 ml
·         Molaritas larutan NaOH         = 0,1 M
·         Mol NaOH ditambahkan        = 5,55 mol
·         Mol asam asetat                      = 5,55 mol
·         %massa asam asetat dalam contoj
Massa asam asetat x 100% /massa cuka = 0,325%
Ulangan II
·         Volume cuka   = 1 ml
·         Rapatan cuka  = 1,008 g/m
·         Massa cuka      = 1,008 g
·         Volume NaOH awal   = 50 ml
·         Volume NaOH terpakai          = 48,6 ml
·         Molaritas larutan NaOH         = 0,1 M
·         Mol NaOH ditambahkan        = 48,6 mol
·         Mol asam asetat                      = 4,86 mol
·         Bobot asam asetat = 291,6
·         %massa asam asetat dalam contoh
Massa asam asetat x 100% /massa cuka = 0,325%
D.    Potensiometri
Percobaan selanjutnya adalah potensiometri dimana pada percobaan ini digunakan seperangkat pH dan kalibrasi dengan larutan bufer ber pH 5 . kemudian larutan khp 5,1 gr dengan air suling dan encerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda tera. Selanjutnya larutan NaOH 0,1 M dimasukkan kedalam buret. Catat pH yang terbaca pada skala pH sebelum penambahan NaOH dan setelah penambahan larutan NaOH sebanyak 10, 20, 30, 40, 45, 46, 48, 50, 55 dan 60 ml.
No.
Volume NaOH(ml)
pH
1.
10 ml
4
2.
20 ml
5
3.
30 ml
5
4.
40 ml
5
5.
45 ml
5
6.
46 ml
5
7.
48 ml
6
8.
50 ml
6
9.
55 ml
6
10.
60 ml
6

Dari percobaan ini telah diperoleh hasilnya sehingga dari hasil tersebut dapat dibuat grafikya sebagai berikut.
E.     Penentuan larutan bukan bufer
                  Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 tabung , tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling , tabung 2 dengan 1 ml larutan HCL 0,0001 M . dan tabung  3 dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M . kemudian dibentuk pH larutan dengan indikator universal. Berdasarkan hasil percobaan didapat pH air = 5 pH NaOH = 10 dan pH HCL = 4
                  Selanjutnya , untuk menentukan pH larutan bukan bufer setelah ditambahkan asam . ambil tiga buah tabung reaksi yang bersih kemudian pada tabung 1 di isi dengan 1ml air suling. Tabung 2 dengan 1 ml larutan HCL 0,0001 M an tabung 3 dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCL 1 M. Kedalam masing-masing tabung sehingga berdasarkan percobaan diperoleh pH air= 1 pH NaOH =1 dan pH HCL = 1.
                  Pada pH awal air suling memiliki pH 5 dan setelah ditetesi dengan HCl menjadi 1, seharusnya pH air suling tersebut adalah 7, namun dipercobaan yang kami lakukan air suling tersebut berada didaerah asam lemah.
F.      Larutan Bufer
Langkah pertama yang kami lakukan adalah mencampurkan 5 ml asam asetat HC2H2O2 1M dengan 5 ml larutan natrium asetat NaC2H2O2 pH larutannya adalah 4 kemudian larutan asam lemah dan garamnya ini ditambahi dengan 1 tetes larutan HCl 1M. dan pH yang tercatat diindikator universal adalah 1 dengan begitu derajat keasaman benda ini adalah asam.
Kemudian pasangan basa lemah dan garamnya yaitu basa lemah NH4OH 5ml 1M dan garamnya NH4Cl 5ml 1M. ketika dicampurkan pHnya adalah 10 dan ktika campuran tersebut ditetesi dengan larutan NaOH ternyata pHnya naik yaitu 11 ini menunjukkan sifat basa pada larutan tersebut.
Jadi kesimpulannya dari percobaan larutan bufer bahwa larutan asam asetat (HC2H2O2) dan natrium asetat (NaHC2H2O2) adalah larutan bufer, karena larutan tersebut dapat mempertahankan pH dari penambahan sedikit asam maupun basa tatapi pada percobaan yang kami lakukan pHnya berubah, berarti terkadi kesalahan dalam percobaan.
X.               DISKUSI
A.    Standarisasi larutan HCl
Pada proses titrasi ini, HCl standar 0,1 M dititrasi menghasilkan warna merah muda, ini terjadi karena indikator yang digunakan adalah pp yang merupakan bentuk asam lemah. Dalam hal ini, asam lemah tidak berwarna dan ionnya berwarna merah muda terang. Penggunaan ion berlebih dapat menggeser posisi kesetimbangan kearah kiri dan mengubah indikator menjadi tidak berwarna. Penambahan ion hidrogensia menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah kekanan untuk mengubah indikator menjadi merah muda.
B.     Standarisasi dengan menggunakan KHP
Dalam percobaan kali ini akan dilakukan penentuan molaritas NaOH sebenarnya dengan menggunakan KHP, NaOH sendiri akan bersifat higroskopis dan cepat menyerap CO2 sehingga konsentrasinya sewaktu-waktu akan berubah.
Satandar uatama yang digunakan adalah Kalium Hidrogen Ftalat (KHP) , karena KHP adalah standar yang sangat baik untuk larutan basa. Jadi, bila ingin membuat larutan asam ataupun basa dengan konsentrasi yang diinginkan, maka untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dilakukan standarisasi dengan standar utama, yaitu KHP.
C.     Standarisasi presentase asam asetat dalam cuka
Dalam percobaan ini akan ditentukan presentase asam asetat didalamnya dengan menitrasi dengan larutan standar NaOH menurut persamaan 
NaOH + HC2H2O2         ->                NaHC2H2O2 + H2O
Kami dapatkan bahwa volume yang diperlukan adalah 44,5 ml, dan setelah kami melakukan perhitungan didapat massa asam asetat dalam cuka adalah 6, 552 x 10-3 gr dari 2,016 gr cuka 2 ml jadi presentasenya adalah 0,325% dan hasil ini cukup masuk akal untuk asam cuka.
D.    Potensiometri
Pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi larutan bufer berpH 3 lalu timbang dengan teliti 5,1 g KHP, lalu larutkan dengan air suling dan diencerkan, didalam labu ukur  250 ml sampai tanda yang tertera. Kemudian membuat NaOH yang distandarisasi (sekitar 0,1M) dan masukkanNaOH yang distandarisasi kedalam buret. Kemudian setiap penambahan NaOH dicatat pHnya. pH yang didapat dari percobaan adalah :

·         10 ml   = 4
·         20 ml   = 5
·         30 ml   = 5
·         40 ml   = 5
·         45 ml   = 5
·         46 ml   = 5
·         48 ml   = 6
·         50 ml   = 6
·         55 ml   = 6
·         60 ml   = 6

E.     Larutan bukan bufer
Pada percobaan ini air suling, HCl, dan NaOH diukur pHnya dan didapat pH air suling adalah 5, HCl 4 dan NaOH 6. pH air suling harusnya adalah 7 namun dalam hal ini terjadi kesalahan mungkin saja karena air suling telah tercemar zat asam lemah. Begitu juga dengan NaOH seharusnya pH NaOH mendekati 10 atau bahkan lebih karena NaOH adalah basa kuat. Pipet tetes yang mengandung asam yang salah digunakan untuk NaOH ini mungkin penyebabnya.
F.      Larutan bufer
Larutan bufer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH walaupun ditambah sedikit asam maupun basa. Bufer terdiri dari asam lemah atau basa lemah dengan garamnya dan asam dengan basa konjugasinya dan basa dengan asam konjugasinya.
5 ml asam asetat HC2H2O2 1M dengan 5 ml larutan natrium asetat NaC2H2O2 pH larutannya adalah 4 kemudian larutan asam lemah dan garamnya ini ditambahi dengan 1 tetes larutan HCl 1M. dan pH yang tercatat diindikator universal adalah 4.
Basa lemah NH4OH 5ml 1M dan garamnya NH4Cl 5ml 1M. ketika dicampurkan pHnya adalah 10 dan kEtika campuran tersebut ditetesi dengan larutan NaOH ternyata pHnya naik yaitu 11.
Jadi kesimpulannya dari percobaan larutan bufer bahwa larutan asam asetat (HC2H2O2) dan natrium asetat (NaHC2H2O2) adalah larutan bufer, karena larutan tersebut dapat mempertahankan pH dari penambahan sedikit asam maupun basa tatapi pada percobaan yang kami lakukan pHnya berubah, berarti terkadi kesalahan dalam percobaan.
XI.           PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1.      Apakah hasil standarisasi larutan NaOH menggunakan larutan HCL dengan KHP memberikan hasil yang sama ?
Jawab:
Tidak, karena HCL yang adalah asam kuat sedangkan KHP adalah asam lemah sehingga hasilnya berbeda.
2.      Komentrasi hasil analisis asam asetat dalam contoh cuka yang anda kerjakan
Jawab :
analisis asam asetat dalam contoh yang kami gunakan , semakin besar % massa asam asetat makin lebih banyak lagi larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menstandarisasi
3.      Agar titrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan dengan cepat , tindakan apa yang anda lakukan ?
Jawab :
Terus menggoyang Erlenmeyer dan memperbesar larutan NaOH yang keluar dari keran tapi tetap teliti agar NaOH yang keluar tidak melebihi titik akhir titrasi.
4.      Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen , bagaimana caranya?
Jawab :
Memperlambat / memperkecil larutan NaOH yang keluar dari biuret serta tetap menggoyangkan Erlenmeyer pengamatannya apabila , larutan telah berubah menjadi ungu muda maka titrasi dihentikan dan saat warna akan berubah kita harus hati-hati dan bersiap-bersiap agar NaOH yang yang keluar sesuai dengan titik ekuivalen
5.      Mengapa indicator begitu penting dalam titrasi ?
Jawab :
Karena indicator dapat melakukan titrasi dengan cepat dan mudah terlihat perubahan warna
6.      Jika alat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan NaOH , apabila kekeliruan dalam KHC8H4O4 pada bagian B atau asam asetat pada cuka menghasilkan hasil yang positif atau negative?
Jawab :
Positif karena bobot asam asetat pada cuka akan bertambah banyak sehingga % asam asetat dalam cuka akan menjadi sedikit.
7.      Sesuaikan persamaan reaksi berikut:
Jawab:
KHC8H4OH + NaOH     ->    NaKC8H4O4 + H2O
XII.        KESIMPULAN
1.      Titrasi adalah pengukurang yang dilakukan berdasarkan volume
2.      Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara tepat.
3.      Pada titrasi terdapat titik ekuivalen dan titik akhir titrasi.
4.      Berdasarkan perhitungan molaritas maka untuk masing-masing percobaan diperoleh sebagai berikut:
a.       Standarisasi larutan HCl
HCl     = 0,1 M
NaOH = 0,1 M
b.      Standarisasi KHP
KHP    = 0,0688 M
NaOH = 0,0661M
c.       Menentkan presentase asam asetat dalam cukA
% asam asetat = 0,325%
5.      Jika dalam titrasi akan mencapai titik ekuivalen atau titik akhir titrasi akan terjadi perubahan warna menjadi merah muda karena indikator yang digunakan fenolftalein.
6.      Larutan bufer sangat berguna pada fisiologi tubuh manusia terutama dalam pengendalian pH darah.
XIII.    DAFTAR PUSTAKA
Hendayana . 1994. Dasar 2 Ilmu Kimia. Jakarta : Aksara Baru
Rival . 1995 . Kimia Dasar . Jakarta . Erlangga
Ryan . 2001 . Kimia Dasar . Jakarta : Erlangga
Sudarmono , unggul . 2005 . Kimia . Surakarta : Erlangga
Syukuri , s . 1999 . Kimia Dasar 1 . Bandung : ITB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar