PERCOBAAN IX
I.
JUDUL PRAKTIKUM
TITRIMETRI
DAN PENGENDALIAN KEASAMAN (pH) LARUTAN BUFER
II.
HARI, TANGGAL
SELASA, 19 MARET 2014
III.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari dan menerapkan teknik
titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam
2. Menstandarlisasi
larutan penitrasi
3. Menstandardisasi
larutan NaOH
4. Menggambarkan
kurva titrasi
5. Menentukan
tetapan kesetimbangan asam lemah
6. Menjelaskan
pentingnya pengendalian ph terutama pada sistem fisiologi tubuh
7. Menguraikan
cara mempertahankan ph dalam berbagai macam penggunaan
8. Mengenal dengan baik beberapa
larutan bufer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi
IV.
PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1.
Apa yang di maksud dengan (a) Asam ,(b)
Basa, (c) Tittik Ekuivalen, dan (d) Indikator
Jawab:
·
Asam :senyawa
yang mempunyai rasa asam, mengubah warna lakmus biru menjadi merah.
·
Basa :
Senyawa yang mempunyai rasa pahit dan mengubah warna lakmus dari merah menjadi
biru.
·
Titik Ekuivalen :
Titik yang terjadi antara larutan asam dan basa di mana larutan asam dapat bereaksi
dengan senyawa jumlah larutan basa.
·
Indikator :
Suatu zat yang di gunakan sebagai petunjuk untuk membedakan larutan asam dan
basa.
2.
Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi
dengan titik ekuivalen.
Jawab:
·
Titik akhir titrasi: Titik dalam suatu
titrasi yang mana suatu indikator berubah warna.
·
Titik Ekuivalen: Ketika zat yang di
titrasi tepat bereaksi dengan zat penetralan.
3.
Sebanyak 0,774 9 kalium hidrogen sitrat
di masuk ke dalam erlenmeyer dan di larutkan dengan air suling, kemudian di
titrasi dengan larutan naoh. bila terpakai 33,60 ml, berapa molaritas naoh
tersebut?
Jawab:
Diketahui
: KHC6H6O7
+ NaOH -> NaKC6H6O
2
Vol
NaOH = 33,6 ml= 0,0336
Ditanya :
M NaOH=…
Dijawab :
Mol
KHC6H6O7
= 0,7742/230 = 3,36.10-3
Mol
NaOH = Mol KHC6H6O7 = 3,36.10-3 mol
M
NaOH = mol / L
=
3,36.10-3 mol / 33,60.10-3 ml
=
0.1 M
4. Jelaskan
apa yang di maksud dengan:
·
Kurva titrasi asam basa: Gambar yang
menyatakan hitungan ph dengan volume liter.
·
Titik Ekuivalen: Titik di mana asam
telah bereaksi sempurna
·
Standarisasi: Proses untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan yang di tentukan dengan teliti.
·
Larutan standar primer: larutan yang di
ketahui konsentrasinya.
·
pH: Logaritma Negatif H+ atau menyatakan konsentrasi
negatif H+ dalam laruutan
·
pH Meter: Alat yang di gunakan untuk mengukur
pH larutan
5.
Hitung massa kalium hidrogenftalat (khp)
unttuk menetralisasi 25 ml NaOH
0,1
M
dan tulis persamaan reaksinya.
Jawab:
Diketahui : V NaOH = 25 ml
M
NaOH = 0,1M
Ditanya : massa = …
Dijawab :
KHC8H4D4
+ NaOH NaKC8H4D4
+ H2O
0,0025 mol 0.0025 0,0025
mol NaOH =
m.V
= 0,1 x 0,025
= 0,025 mol
Masa
kalium Hidrogen ftalat = mol x Mr
= 0.0025 x 204
= 0,51gr
6.
Bagaimana membuat 50 ml larutan HCl dengan pH 1 dari larutan HCl 1M?
Jawab:
pH = 1
[H+] = 10-1 m
v Hcl = 50 ml
V1 . m1 = v2. m2
v1 .1 = 50 . 10-1 = 5ml
v1 = 5ml
v2 = 50 ml
v air = v2-v1= 45 ml
Cara membuat larutan 5ml HCl 1m + 45 ml air suling
7.
Apakah larutan Bufer itu? mengapa larutan bufer itu penting?
Jawab:
·
Larutan bufer (larutan penyangga) adalah
larutan yang dapat mempertahankan harga ph walaupun di lakukan penambahan
larutan asam/basa ke dalam larutan tersebut.
·
Karena dapat mempertahankan pH larutan
dalam daerah pH tertentu sebab mengandung ion garam kesetimbangan asam lemah/
basa kedalam larutan tersebut
8.
Berilah definisi untuk asam lemah dan
basa lemah.
Jawab:
·
Asam lemah:ion H+ nya
lebih besar di bandingkan air sehingga menggeser kan kesetimbangan air ke kiri
akibatnya (H+) dan air makin kecil terhadap yang berasal dari asam lemah.
·
Basa lemah: (OH-) dan air
dapast di abaikan karena sangat kecil di bandingkan yang dari basa
9.
Jelaskan dengan persamaan reaksi
bagaimana larutan natrium sionida(NaCN) denan hidrogen sionida(HCN) berfungsi
sebagai larutan bufer.
Jawab:
HCN + NaOH = NaCN + H2O
HCN
H+ + CN-
NaCN
Na+ + CN-
Jika
ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk HCN
(kesetimbangan bergeser kekiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap).
Jika
ditambahkan Basa, ion OH- bereaksi dengan H+ membentuk H2O
(kesetimbangan bergeser kekanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan
ion H+)
Ion
H+ diikat oleh OH- ditutupi kembali dari penguraian ion
sehingga jumlah ion H+ tetap
10.
Sebutkan beberapa pasangan larutan bufer
yang sifat fisiologisnya sama besar.
Jawab:
HC2H3O2
+ NaOH -> NaC2H3O2 + H2O
KH2PO4
+ NaOH -> K2HPO4
+ H2O
V.
LANDASAN TEORI
Suatu penerapan penting dan stoikiometri di
laboratorium adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya.
pengukuran yang di dasarkan pada massa di namakan gravimetri, dan pengukuran
berdasarkan volume larutan di namakan volumetri atau titrasi. dalam percobaan
ini teknik analisis volumetri di terapkan pada analisis contoh yang mengandung
asam.
Beberapa jenis reaksi yang dapat digunakan untuk
titrasi yaitu raksi pengendapan, reduksi dan asam basa, yang semuanya dapat
berlangsung secara sempurna.
Pada percobaan ini akan digunakan reaksi asam basa
untuk menstandardisasi larutan basa dan selanjutnya digunakan untuk
menganalisis contoh yang mengandung asam. Singkatnya reaksi asam basa atau
netralisasi disebabkan oleh pindahnya proton (ion H+) dari asam ke basa. Contoh
klasik dari tipe reaksi ini adalah reaksi ion hidrogen dengan ion hidrasil
H+
(aq) + OH-(aq)
-> H2O
(l)
Pada percobaan ini sumber ion OH-adalah
larutan NaOH encer dan sumber ion H+ adalah larutan asam. Mula-mula siapkan
larutan NaOH 0,1 m kemudian larutan ini di standardisasi dengan larutan asam
yang di ketahui konsentrasinya. larutan naoh tidak tersedia dalam keadaan murni
dan larutannya dapat berubah konsentrasinya karena menyerap CO2udara.
OLEH sebab itu larutan naoh harus di standardisasi sebelum di gunakan untuk
menitrasi contoh.
Pada kebanyakan titrasi asam basa. perubahan larutan
pada titik ekuivalen tidak jelas. oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir
titrasi di pakai indikator karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada
ph tertentu pada percobaan ini di gunakan fenollftalein. senyawa ini tak
berwarna dalam larutuan asam dan berwarna merah jambu dalam larutan basa.
Untuk
menghitung tetapan ionisasi asam asetat melalui persamaan
henderson-hasselbalch.
pH = pKa + Log
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung harga
pH dari larutan bufer. cara ini dapat di gunakan untuk menghitung pH pada
setiap titik dari kurva titrasi. Harga pH pada kurva terlihat dari mulai harga
pH sebelum penambahan naoh sampai pada lewat titik ekuivalen. dengan
menggunakan persamaan di atas kita bisa menghitung harga Ka. selama titrasi,
konsentrasi asam basa akan menurun karena asam lemah bereaksidengnan NaOH yang
ditambahkan.
Kuantitas asam dan basa akan sama pada titik tertentu,
keasaman juga akan terjadi pada ½ titik ekkuivalen pada titik pertengahan,
jumlah ½ NaOH yang diperlukan bereaksi sempurna dengan ½ jumlah asam lemah.
Kuantitas NaOH pada titik pertengahan adalah
=
13,51 ml
Pada saat ini konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa sesuai dengan persamaan berikut:
[Asam] =
[ Basa]
Log
[Asam]/ [ Basa] = Log 1 = 0
Menurut persamaan Henderson-Hasselbalch
pH = pKa
Maka pKa dapat ditentukan
Sebagian besar proses fisiologis sangat peka
terhadap perubahan pH. misalnya, pH akan darah manusia pada dasarnya di
pertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini darah dapat mengangkut oksigen dan
karbondioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2(konsentrasi H+ lebih
tinggi) maka hemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan oksigen, dan
bila pH meningkat (konsentrasihemoglobin dalam darah tidak akan terurai menjadi
karbondioksida dalam paru-paru).
Asam
lemah, Basa lemah, dan Garamnya
Sistem larutan bufer adalah larutan asam lemah (atau
basa lemah) bersama-sama dengan garamnya. adapun asam lemah atau basa lemah
adalah asam atau basa yang hanya mengion sedikit. asam asetat( HC2H3O2 )
adalah asam yang lemah, seperti di tunjukkan pada persamaan berikut.
HC2H3O2
+ H2O = H2O
+ C2H3O2
Larutan amonium hidroksida adalah contoh dari basa
lemah, juga karena hanya beberapa persen saja dari basa ini berada sebagai ion
nh dan oh. asam dan basa di gololngkan sebagai kuat atau lemah, tergantung pada
derajat pengionannya (ionisasi). Beberapa asam yang derajat ionisasinya
tinggi(menddekatu 100 persen) dalam larutan encer dalam air adalah Basa-basa ionik seperti NaOH, kOH, dan Ca
(OH)2 berada sebagai ion dalam kondisi padat dan juga terdisosiasi
sempurna dalam air. sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya HC2H3O2,
HCN, H2CO3, dan H3PO4), asam organik (RCOOH )
dan beberapa basa organik (R- NH2) hanya sedikit mengion dalam larutan air.
Garam dan asam lemah ialah garam yang salah satu
ionnya sama dengan ion asamnya. garam antaralain dapat dibuat dengan cara
membiarkan asam lemah bereaksi dengan basa yang sesuai yang terdiri dari kation
yang cocok. contohnya garam yang terdiri dari ion C3H3O2-
adalah garam dari asetat (HC2H3O2). Suatu garam
yang khas, umpamanya natrium asetat(NaC2H3O2) dapat di
bentuk dari asam dan basa bersangkutan.
HC2H3O2+
NaOH NaC2H3O2
+ H2O
Sama halnya, natrium slanida(NaCN) dan kalsium
sianida [Ca (CN)2 ] adalah garam dari asam slanida. Kalium
Monohidrogen fosfat (K2HPO4), adalah garam asam hidrogen
fosfat dan KH2PO4
sebagaimana di tunjukkan dalam persamaan berikut:
KH2PO4+
KOH K2HPO4 + H2O
Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama
dengan basa. Contoh garam-garam dari amonium hidroksida, NH4OH (larutan amonium NH3),
ialah amonium klorida, NH4CL dan amonium sulfat, (NH4)2
SO4 (Epinur.2012:61-64).
Sifat-sifat penting yang perlu di ingat dalam kurva
titrasi asam lemah oleh basa kuat.
-
pH awal lebih tinggi di bandingkan dalam
kurva titrasi asam kuat dan basa kuat
-
Terdapat peningkatan ph yang cocok yang
agak tajam pada suatu titrasi
-
Sebelum titik sertara di capai,
perubahan ph terjadi secara bertahap
-
pH pada titik ini setelah lebih besar
dari 7
-
Setelah titik sertara, kurva dititrasi
pada asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva asam basa kuat.
Titrasi
asam polipotik lemah bukti kuat bahwa asam polliprotik mengion dalam penetralan
asam fosfat hampir semua molekul H3PO4 mulai di ubah
menjadi Na2PO4dan akhirnya Na2HPO4
diubah menjadi Na3PO4yaitu:
Na3PO4
+ OH- H2PO4- + H2O diikuti dengan
H2PO4 + OH - PO4-3
+ H2O (Sutrisno.1994: 100-101).
Untuk larutan basa,konsentrasi harus melebihi konsentrasi H+ dalam suatu
larutan. ketidakseimbangan tersebut dapat dibuat melalui dua cara yang berbeda:
Pertama: Basa dapat berupa hidroksida, yang hanya
dapat berdisosiasi untuk menghasilkan ion hidroksida. Di mana M melambangkan kation,
biasanya logam, basa yang paling umum adalah berbentuk hidroksida seperti itu.
Garis kedua bisa di lakukan dengan mengektrasi satu
ion. hidrogen dari ssatu molekul air, menyisakan satu ion hidroksida:
Kekuatan bufer bukan merupakan suatu yang istimewa,
sifat ini hanya merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrum dapat balik
mendesak yang terjadi didalam larutan
satu donor proton dan elvepror proton konjuganya. jika keduanya terdapat
konsentrasi yang sama.
Jika kita menambah H+ atau OH-kedalam
bufer, akibatnya adalah perubahan kecil pada nisbah konsentrasi relatif asam
dan anionnya karena juga hanya sedikit sistem buffer dengan penambahan sejumlah
kecil asam /basa diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya.
jumlah komponen buffer tidak berubah yang berubah hanya nisbahnya (Lehninger.1993:187).
Suatu larutan yang mengandunng suatu asam lemah plus
suatu garam dari asam itu atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa
kuat. sistem semacam ini di sebut sebagai larutan buffer (penyangga) karena
seedikit penambahan asam kuat / basa kuat hanya mengubah sedikit pH nya.
contoh:
H+
+ C2H3O2- -> HC2H3O2
pH
nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya,
jika ion hidrogen yang di tambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul
hidrogen asetat yang bersifat basa. Larutan buffer standar dapat di buat dari
asam lemah dan garam dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang enak dipakai
telah tersedia untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk
menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh
larutan dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah
dapat di hitung sebagai berikut:
Ka = (H+[A]) / [A]
[H+] = Ka
(H+[A]) / [A])
-Log [H+] = -Log Ka-
log ([HA] / [A])
pH = pKa-log ([HA] / [A])
pH = pKa + log
(keenan.1991 : 235-237).
VI.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Ø Erlenmeyer
Ø Pipet
tetes
Ø Neraca
Ø Gelas
ukur
Ø Tabung
reaksi
Ø Indikator
universal
Ø Buret
50 ml
Ø Botol
500 ml
Ø Corongan
Ø Tiang
penyangga
Ø Kaca
arloji
Ø Batang
pengaduk
b. Bahan
Ø Air
suling
Ø Indikator
pp
Ø Larutan
NaOH
Ø Khp
0,1 gr
Ø Cuka
dapur
Ø Larutan
HCl
Ø Larutan
natrium asetat
Ø NH4Cl
Ø NH4OH
VII.
PROSEDUR KERJA
A.
Penyiapan Larutan NaoH 0.1 M
1.6 gr NaoH
|
·
Ditimbang
·
Dipindahkan ke botol
·
Dilarutkan dengan 400 Ml air suling
·
Di kocok
Hasil
pengamatan
|
B.
Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M
Buret 50 ml
|
·
Dicuci dan dibilas dengan air suling
·
Ditutup dan dimasukkan kira-kira 5 ml
naoh
·
Diisi buret dengan naoh s/d 0
·
Dialirkan larutan
2
erlenmeyer 250 ml
|
·
Dicuci dan dibilas
·
Ditetesi
25 ml HCL 0,1 dimasukkan pada tiap erlenmeyer
25 ml air suling dan 3 tetes indikator
fenolftalein
|
·
Ditambah kedalam tiap erlenmeyer
·
Dicatat kedudukan awal NaOH
·
Di alirkan sedikit demi sedikit naoh
pada Erlenmeyer 1
·
Dicatat volume akhir pada buret
·
Dilakukan 2 kali
3
buah erlenmeyer
|
·
Dicuci
·
Diisi dengan 0,14 gr KHP
·
Ditambahkan 10 ml air suling, dikocok
sampai larut
·
Ditambahkan 3 tetes indikator pp
·
Dicatat volume NaOH yang terpakai
Hasil pengamatan
|
C.
Menentukan persentase asam asetat dalam
cuka
3
erlenmeyer 250 ml
|
·
Dicuci dan dibilas
·
Ditetes 25 ml asam cuka kedalam
seeeeetiap erlenmeyer
10
ml air suling
|
·
ditambahkan
3
tetes indikator pp
|
·
Ditambahkan dan dititrasi dengan larutan
standar sampai terbentuk warna merah
·
Dihitung persen massa pada tiap-tiap
contoh
·
Diulangi 1 kali lagi jika hasil yang
didapat berbeda>0,05%
Hasil
pengamatan
|
POTENSIOMETRI
Seperangkat
alat pH meter
|
·
Disiapkan
larutan
bufer ber pH 5
|
·
.Dikalibrasi
5,1 gr KHP
|
·
Ditimbang
·
Dilarutkan dengan air suling dan
diencerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda +
80
ml pipet cairan
|
·
Dimasukkan kedalam gelas piala
larutan
NaOH yang akan distandardisasi
|
·
Dimasukkan kedalam buret
·
Dipasang seperti gambar
·
Dicatat pH
·
Dibuat kurva titrasi
·
Diulangi percobaan sekali lagi mulai no
2
Hasil
pengamatan
|
A.
Larutan
Bukan Bufer
1. Penentuan pH larutan bukan bufer
1 ml air suling
|
1 ml HCl 0,0001M
|
1ml NaOH 0,0001M
|
·
Dimasukkan
kedalam tabung
Hasil
pengamatan
|
2. Penentuan pH setelah ditambahi asam
1 ml air suling
|
1 ml HCl 0,0001M
|
1ml NaOH 0,0001M
|
·
Dimasukkan
kedalam tabung dan ditambahkan
1 tets HCl
|
Hasil Pengamatan
|
B.
Larutan
Bufer
1.
Penentuan
pH larutan Bufer
5ml asam asetat dan 5ml natrium asetat
|
5ml NH4OH dan NH4Cl
|
·
Dicampur
dalam tabung reaksi
·
Dicatat
Hasil Pengamatan
|
2.
Penentuan
pH larutan Bufer setelah penambahan asam
2 ml larutan bufer
|
2 ml laruran bufer
|
·
Dimasukkan
kedalam tabung dan ditambahkan
1 tetes HCl 1 M
|
Hasil Pengamatan
|
3.
Penentuan
pH larutan Bufer setelah penambahan basa
2 ml larutan bufer
|
2 ml laruran bufer
|
·
Dimasukkan
kedalam tabung dan ditambahkan
1 tetes NaOH 1 M
|
Hasil Pengamatan
|
VIII.
DATA PENGAMATAN
TITRASI ASAM BASA
A. STANDARISASI
DENGAN LARUTAN HCL
|
Ulangan
1
|
Ulangan
2
|
1.
Volume larutan HCL
|
25
ml
|
25
mol
|
2.
Molaritas larutan HCL
|
0,1
M
|
0,1
M
|
3.
Mol HCL yang dipakai
|
25.10-4 mol
|
25.10-4 mol
|
4.
Mol NAOH yang didapat
|
0,0221mol
|
0,022mol
|
5.
Volume NAOH awal
|
50ml
|
50mol
|
6.
Volume NAOH akhir
|
29ml
|
30 ml
|
7.
Volume NAOH yang ditambahkan
|
221ml
|
220 ml
|
8.
Molaritas larutan NAOH
|
0,01M
|
0,01 M
|
9.
Molaritas larutan NAOH rata-rata
|
0,01M
|
0,01a M
|
B. STANDARISASI
DENGAN KHP
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
1. Massa botol timbang berisi KHP
2. Massa botol timbang setelah KHP
3. Massa KHP
4. Mol KHP
5. Mol NAOH dibutuhkan
6. Volume NAOH awal
7. Volume NAOH akhir
8. Volume NAOH terpakai
9. Molaritas larutan NAOH
|
10475 gr
105,2 gr
0,55 gr
0,0017 gr
0,026 ml
26 ml
39,5 ml
0,1 M
0,1 M
|
10,25 gr
105,19gr
0,559 gr
0,0017 mol
0,026 ml
24 ml
24 ml
34 M
0,1 M
|
C. Menentukan % asam asetat dalam cuka
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
1. Volume cuka
2. Rapatan cuka
3. Massa cuka
4. Vol NAOH awal
5. Volume NAOH akhir
6. Volume NAOH terpakai
7. Molaritas larutan NAOH
8. Mol NAOH ditambahkan
9. Mol asam asetat
10. Bobot asam asetat
11. %Massa asam asetat
12. Massa rata-rata asam asetat
|
1ml
1,008 g/m
1,008 gr
50 ml
44,5 ml
55,5 ml
0,1 M
5,55 mol
5,55 mol
333 g
0,3 %
0,325%
|
1 ml
1,008 g/m
1,008 gr
50 ml
41,4 ml
48,6 ml
0,1 M
486 mol
4,86 mol
291,69
0,35%
0,325%
|
D.
POTENSIOMETRI
No.
|
Volume NaOH(ml)
|
pH
|
1.
|
10 ml
|
4
|
2.
|
20 ml
|
5
|
3.
|
30 ml
|
5
|
4.
|
40 ml
|
5
|
5.
|
45 ml
|
5
|
6.
|
46 ml
|
5
|
7.
|
48 ml
|
6
|
8.
|
50 ml
|
6
|
9.
|
55 ml
|
6
|
10.
|
60 ml
|
6
|
E.
LARUTAN
BUKAN BUFER DAN LARUTAN BUFER
No.
|
Larutan
|
pH (keasaman)
|
||
|
|
awal
|
Setelah penambahan asam klorida
|
Setelah penambahan natrium hidroksida
|
1
|
Larutan Bukan Bufer
a.
Air
b.
Natrium hidroksida
c.
Asam klorida
|
5
6
4
|
1
1
1
|
1
1
1
|
2
|
Larutan Bufer
1.
Campuran asam asetat dan natrium asetat
2.
Campuran amonium hidroksida dengan amonium klorida
|
4
10
|
1
11
|
4
11
|
IX.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul trimetri
dan pengendalian pH kami banyak melakukan standarisasi . suatu larutan perlu di
standarisasi seperti halnya NAOH karena merupakan larutan primer. Maksudnya
larutan yang sudah memiliki konsentrasi tetap . pembuatan standarisasi untuk
larutan standsar primer harus memiliki syarat:
a.
Mudah diperoleh dalam bentuk
murni
b.
Harus stabil
c.
Zat mudah di keringkan ,
tidak dihigoskopis tidak menyerap uap air
d.
Masaa ekuivalen besar
A. Standarisasi dengan larutan HCL
Pada percobaan ini langkah pertama yang
dilakukan adalah mencuci buret yang berukuran 50ml dengan menggunakan air
suling, kemudian menimbang 1,6 g NaOH dan dipindahkan kedalam botol. Larutan
NaOH yang sudah dibuat. Siapkan 3 erlenmeyer dan masukkan 25ml air suling dan 3
tetes indikator pp, lalu letakkan erlenmeyer yang sudah terisi tadi dibawah
buret, secara perlahan teteskan larutan NaOH yang ada didalam buret ke
erlenmeyer yang berisi larutan HCl, sampai larutan erlenmeyer berubah menjadi
warna merah muda.
Pada percobaan kali ini volume awal NaOH
adalah 50 ml, sehingga molaritas larutan NaOH dapat dihitung:
M=
=
= 0,0001 x 1000 l = 0,1 M
Dalam perhitungan didapat molaritas NaOH
adalah 0,1 M, berarti molaritas NaOH secara teori sama dengan NaOH secara
praktek. Berdasarkan teori dikatakan bahwa titik ekuivalen akan tercapai bila
mol zat penitrasi sama dengan mol zat yang dititrasi, ini berarti mol NaOH sama
dengan mol HCl, berikut perhitungannya:
Mol HCL =
M HCl x V HCl
=
0,1 M x 0,025 l
=
0,0025 mol
Mol NaOH= M NaOH x V HCl
=
0,02 x 0,031
=
0,0025 mol
Dari perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa larutan HCl berubah warna ketika mol HCl = mol NaOH = 0,0025 mol
Dari percobaan yang telah dilakukan
ternyata perbedaan molaritas NaOH yang didapat terlalu besar antara praktek dan
teori. Kami melakukan percobaan dengan 3 kali pengulangan. Pengulangan kedua
menggunakan volume NaOH 31 ml dan larutan HCl
didalam erlenmeyer mengalami perubahan warna menjadi merah muda pucat.
Dan molaritas NaOH yang didapat yaitu:
M =
=
= 0,0001 x 1000 l = 0,1 M
Maka molaritas rata-rata NaOH dapat
dihitung:
M NaOH rata-rata =
=
= 0,1 M
B. standarisasi dengan KHP
Pada percobaan selanjutnya yaitu untuk
melakukan standarisasi dengan meenggunakan 0,35 gr kalium hidrogen ftalat (khp)
yang ditambahkan dengan 3 tetes indikator fenolftelain (pp) dan kemudian di
titrasi dengan larutan NaOH hingga terbentuk warna merah muda percobaan ini
dilakukan dengan 2 kali pengulangan
Ulangan 1
·
massa khp = 0,55 gr
·
mol khp = gr/mr
·
mol NaOH yang dibutuhkan
0,0026 M
·
volume NaOH yang terpakai =
0,1 M
·
molaritas larutan NaOH = 0,1
M
ulangan 2
·
massa khp = 0,55 gr
·
mol khp = 0,0017 mol
·
mol NaOH yang dibutuhkan
0,00026 M
·
volume NaOH yang terpakai = 34ml
·
molaritas larutan NaOH = 0,1 M
C. Menentukan % asam asetat dalam cuka
Pada percobaan ini digunakan tiga
erlenmeyer 250 ml . yang ditambahkan 20 ml air suling kedalamnya lalu ditetesi
3 tetes indikator pp dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar NaOH
sampai terbentuk warna merah jambu, percobaan ini juga dilakukan sebanyak 2
kali
Ulangan 1
·
Volume cuka = 1 ml
·
Rapatan cuka = 1,008 g/m
·
Massa cuka = 1,008 g
·
Volume NaOH awal = 100 ml
·
Volume NaOH akhir = 44,5 ml
·
Volume NaOH terpakai = 55,5 ml
·
Molaritas larutan NaOH = 0,1 M
·
Mol NaOH ditambahkan = 5,55 mol
·
Mol asam asetat = 5,55 mol
·
%massa asam asetat dalam
contoj
Massa asam asetat x
100% /massa cuka = 0,325%
Ulangan II
·
Volume cuka = 1 ml
·
Rapatan cuka = 1,008 g/m
·
Massa cuka = 1,008 g
·
Volume NaOH awal = 50 ml
·
Volume NaOH terpakai = 48,6 ml
·
Molaritas larutan NaOH = 0,1 M
·
Mol NaOH ditambahkan = 48,6 mol
·
Mol asam asetat = 4,86 mol
·
Bobot asam asetat = 291,6
·
%massa asam asetat dalam
contoh
Massa asam asetat x
100% /massa cuka = 0,325%
D. Potensiometri
Percobaan selanjutnya adalah
potensiometri dimana pada percobaan ini digunakan seperangkat pH dan kalibrasi
dengan larutan bufer ber pH 5 . kemudian larutan khp 5,1 gr dengan air suling
dan encerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda tera. Selanjutnya larutan NaOH
0,1 M dimasukkan kedalam buret. Catat pH yang terbaca pada skala pH sebelum
penambahan NaOH dan setelah penambahan larutan NaOH sebanyak 10, 20, 30, 40,
45, 46, 48, 50, 55 dan 60 ml.
No.
|
Volume NaOH(ml)
|
pH
|
1.
|
10 ml
|
4
|
2.
|
20 ml
|
5
|
3.
|
30 ml
|
5
|
4.
|
40 ml
|
5
|
5.
|
45 ml
|
5
|
6.
|
46 ml
|
5
|
7.
|
48 ml
|
6
|
8.
|
50 ml
|
6
|
9.
|
55 ml
|
6
|
10.
|
60 ml
|
6
|
Dari percobaan ini telah diperoleh
hasilnya sehingga dari hasil tersebut dapat dibuat grafikya sebagai berikut.
E. Penentuan larutan bukan bufer
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 tabung , tabung 1
diisi dengan 1 ml air suling , tabung 2 dengan 1 ml larutan HCL 0,0001 M . dan
tabung 3 dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001
M . kemudian dibentuk pH larutan dengan indikator universal. Berdasarkan hasil
percobaan didapat pH air = 5 pH NaOH = 10 dan pH HCL = 4
Selanjutnya , untuk menentukan pH larutan bukan bufer setelah
ditambahkan asam . ambil tiga buah tabung reaksi yang bersih kemudian pada
tabung 1 di isi dengan 1ml air suling. Tabung 2 dengan 1 ml larutan HCL 0,0001
M an tabung 3 dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M. Kemudian ditambahkan 1 tetes
HCL 1 M. Kedalam masing-masing tabung sehingga berdasarkan percobaan diperoleh
pH air= 1 pH NaOH =1 dan pH HCL = 1.
Pada
pH
awal air suling memiliki pH 5 dan setelah ditetesi dengan HCl menjadi
1, seharusnya pH air suling tersebut adalah 7, namun
dipercobaan yang kami lakukan air suling tersebut berada didaerah asam lemah.
F.
Larutan Bufer
Langkah pertama yang kami lakukan adalah
mencampurkan 5 ml asam asetat HC2H2O2 1M
dengan 5 ml larutan natrium asetat NaC2H2O2 pH larutannya adalah 4 kemudian larutan asam lemah dan garamnya ini
ditambahi dengan 1 tetes larutan HCl 1M. dan pH
yang tercatat diindikator universal adalah 1 dengan begitu derajat keasaman benda
ini adalah asam.
Kemudian pasangan basa lemah dan garamnya
yaitu basa lemah NH4OH 5ml 1M dan garamnya NH4Cl 5ml 1M.
ketika dicampurkan pHnya adalah 10 dan ktika campuran tersebut
ditetesi dengan larutan NaOH ternyata pHnya naik yaitu 11 ini menunjukkan sifat
basa pada larutan tersebut.
Jadi kesimpulannya dari percobaan larutan
bufer bahwa larutan asam asetat (HC2H2O2) dan
natrium asetat (NaHC2H2O2) adalah larutan
bufer, karena larutan tersebut dapat mempertahankan pH
dari penambahan sedikit asam maupun basa tatapi pada percobaan yang kami
lakukan pHnya
berubah, berarti terkadi kesalahan dalam percobaan.
X.
DISKUSI
A.
Standarisasi
larutan HCl
Pada proses titrasi ini, HCl standar 0,1 M dititrasi
menghasilkan warna merah muda, ini terjadi karena indikator yang digunakan
adalah pp yang merupakan bentuk asam lemah. Dalam hal ini, asam lemah tidak
berwarna dan ionnya berwarna merah muda terang. Penggunaan ion berlebih dapat
menggeser posisi kesetimbangan kearah kiri dan mengubah indikator menjadi tidak
berwarna. Penambahan ion hidrogensia menghilangkan ion hidrogen dari
kesetimbangan yang mengarah kekanan untuk mengubah indikator menjadi merah
muda.
B.
Standarisasi
dengan menggunakan KHP
Dalam percobaan kali ini akan dilakukan penentuan
molaritas NaOH sebenarnya dengan menggunakan KHP, NaOH sendiri akan bersifat
higroskopis dan cepat menyerap CO2 sehingga konsentrasinya
sewaktu-waktu akan berubah.
Satandar uatama yang digunakan adalah Kalium Hidrogen
Ftalat (KHP) , karena KHP adalah standar yang sangat baik untuk larutan basa.
Jadi, bila ingin membuat larutan asam ataupun basa dengan konsentrasi yang
diinginkan, maka untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dilakukan
standarisasi dengan standar utama, yaitu KHP.
C.
Standarisasi
presentase asam asetat dalam cuka
Dalam percobaan ini akan ditentukan presentase asam
asetat didalamnya dengan menitrasi dengan larutan standar NaOH menurut
persamaan
NaOH + HC2H2O2 -> NaHC2H2O2 +
H2O
Kami dapatkan bahwa volume yang diperlukan
adalah 44,5 ml, dan setelah kami melakukan perhitungan didapat massa asam
asetat dalam cuka adalah 6, 552 x 10-3 gr dari 2,016 gr cuka 2 ml
jadi presentasenya adalah 0,325% dan hasil ini cukup masuk akal untuk asam
cuka.
D.
Potensiometri
Pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi larutan
bufer berpH 3 lalu timbang dengan teliti 5,1 g KHP,
lalu larutkan dengan air suling dan diencerkan, didalam labu ukur 250 ml sampai tanda yang tertera. Kemudian
membuat NaOH yang distandarisasi (sekitar 0,1M) dan masukkanNaOH yang
distandarisasi kedalam buret. Kemudian setiap penambahan NaOH dicatat pHnya.
pH yang didapat dari percobaan adalah :
·
10
ml = 4
·
20
ml = 5
·
30
ml = 5
·
40
ml = 5
·
45
ml = 5
·
46
ml = 5
·
48
ml = 6
·
50
ml = 6
·
55
ml = 6
·
60
ml = 6
E.
Larutan
bukan bufer
Pada percobaan ini air suling, HCl, dan NaOH diukur pHnya
dan didapat pH
air suling adalah 5, HCl 4 dan NaOH 6. pH air suling harusnya adalah 7 namun dalam
hal ini terjadi kesalahan mungkin saja karena air suling telah tercemar zat
asam lemah. Begitu juga dengan NaOH seharusnya pH NaOH mendekati 10 atau bahkan lebih
karena NaOH adalah basa kuat. Pipet tetes yang mengandung asam yang salah
digunakan untuk NaOH ini mungkin penyebabnya.
F.
Larutan
bufer
Larutan bufer adalah larutan yang dapat mempertahankan
pH
walaupun ditambah sedikit asam maupun basa. Bufer terdiri dari asam lemah atau
basa lemah dengan garamnya dan asam dengan basa konjugasinya dan basa dengan
asam konjugasinya.
5 ml asam asetat HC2H2O2
1M dengan 5 ml larutan natrium asetat NaC2H2O2
pH
larutannya adalah 4 kemudian larutan asam lemah dan garamnya ini ditambahi
dengan 1 tetes larutan HCl 1M. dan pH yang tercatat diindikator universal
adalah 4.
Basa lemah NH4OH 5ml 1M dan
garamnya NH4Cl 5ml 1M. ketika dicampurkan pHnya
adalah 10 dan kEtika campuran tersebut ditetesi dengan larutan NaOH ternyata pHnya
naik yaitu 11.
Jadi kesimpulannya dari percobaan larutan bufer
bahwa larutan asam asetat (HC2H2O2) dan
natrium asetat (NaHC2H2O2) adalah larutan
bufer, karena larutan tersebut dapat mempertahankan pH
dari penambahan sedikit asam maupun basa tatapi pada percobaan yang kami
lakukan pHnya
berubah, berarti terkadi kesalahan dalam percobaan.
XI.
PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1.
Apakah hasil standarisasi larutan NaOH
menggunakan larutan HCL dengan KHP memberikan hasil yang sama ?
Jawab:
Tidak, karena HCL yang adalah asam
kuat sedangkan KHP adalah asam lemah sehingga hasilnya berbeda.
2.
Komentrasi hasil analisis asam asetat
dalam contoh cuka yang anda kerjakan
Jawab
:
analisis asam asetat dalam contoh
yang kami gunakan , semakin besar % massa asam asetat makin lebih banyak lagi
larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menstandarisasi
3.
Agar titrasi untuk contoh kedua dan
ketiga berjalan dengan cepat , tindakan apa yang anda lakukan ?
Jawab
:
Terus menggoyang Erlenmeyer dan
memperbesar larutan NaOH yang keluar dari keran tapi tetap teliti agar NaOH
yang keluar tidak melebihi titik akhir titrasi.
4.
Agar titik akhir titrasi mendekati titik
ekuivalen , bagaimana caranya?
Jawab
:
Memperlambat / memperkecil larutan
NaOH yang keluar dari biuret serta tetap menggoyangkan Erlenmeyer pengamatannya
apabila , larutan telah berubah menjadi ungu muda maka titrasi dihentikan dan
saat warna akan berubah kita harus hati-hati dan bersiap-bersiap agar NaOH yang
yang keluar sesuai dengan titik ekuivalen
5.
Mengapa indicator begitu penting dalam
titrasi ?
Jawab
:
Karena indicator dapat melakukan
titrasi dengan cepat dan mudah terlihat perubahan warna
6.
Jika alat pada bagian B titrasinya
berlebihan dengan NaOH , apabila kekeliruan dalam KHC8H4O4 pada bagian B atau
asam asetat pada cuka menghasilkan hasil yang positif atau negative?
Jawab
:
Positif karena bobot asam asetat
pada cuka akan bertambah banyak sehingga % asam asetat dalam cuka akan menjadi
sedikit.
7.
Sesuaikan persamaan reaksi berikut:
Jawab:
KHC8H4OH
+ NaOH -> NaKC8H4O4 +
H2O
XII.
KESIMPULAN
1. Titrasi adalah pengukurang yang dilakukan berdasarkan
volume
2. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
diketahui secara tepat.
3. Pada titrasi terdapat titik ekuivalen dan titik akhir
titrasi.
4. Berdasarkan perhitungan molaritas maka untuk
masing-masing percobaan diperoleh sebagai berikut:
a.
Standarisasi
larutan HCl
HCl = 0,1 M
NaOH = 0,1 M
b.
Standarisasi
KHP
KHP = 0,0688 M
NaOH = 0,0661M
c.
Menentkan
presentase asam asetat dalam cukA
%
asam asetat = 0,325%
5. Jika dalam titrasi akan mencapai titik ekuivalen atau
titik akhir titrasi akan terjadi perubahan warna menjadi merah muda karena
indikator yang digunakan fenolftalein.
6. Larutan bufer sangat berguna pada fisiologi tubuh
manusia terutama dalam pengendalian pH darah.
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana
. 1994. Dasar 2 Ilmu Kimia. Jakarta :
Aksara Baru
Rival
. 1995 . Kimia Dasar . Jakarta .
Erlangga
Ryan
. 2001 . Kimia Dasar . Jakarta :
Erlangga
Sudarmono
, unggul . 2005 . Kimia . Surakarta :
Erlangga
Syukuri
, s . 1999 . Kimia Dasar 1 . Bandung
: ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar