PERCOBAAN V
I.
JUDUL PRAKTIKUM
PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DAN ANALISIS MELALUI
PENGENDAPAN
II.
HARI, TANGGAL
SELASA , 19 MARET 2014
III.
TUJUAN PERCOBAAN
1.
Memisahkan
campuran dengan cara (1) sublimasi, (2)ekstraksi, (3)dekantasi,
(4)kristalisasi, dan (5)kromatografi.
2.
Mengendapkan
barium klorida dan menentukan presentase hasil
3.
Menentukan
presentase barium klorida dalam suatu campuran.
4.
Mendalami
dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia.
5.
Mengembangkan
keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.
IV.
PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1.
Apa
yang dimaksud dengan memisahkan komponen dari campuran?
Jawab :
Pemisahan
komponen dari campuran adalah memisahkan komponen yang menyusun suatu komponen
(zat yang terlarut) dengan pelarutnya (dapat berupa zat cair, padat, dan gas).
2.
Sebutkan
cara-cara pemisahan yang anda ketahui dan jelaskan prinsipnya.
Jawab:
a.
Sublimasi
adalah pemisahan padatan dari suatu campuran berbentuk padatan dengan cara
penguapan. Prinsip yang digunakan berdasarkan fasa padat menjadi gas.
b.
Ekstraksi
adalah proses pemisahan komponen zat dari suatu campuran. Prinsip yang
digunakan berdasar perbedaan kelarutan.
c.
Dekantasi
adalah proses pemisahan campuran dari padatannya dengan menuang perlahan.
Prinsip yang digunakan berdasar perbedaan molekul.
d.
Kristalisasi
adalah proses pemisahan campuran dari
padatannya. Prinsip yang digunakan berdasa kelarutan.
e.
Kromatografi
adalah pemisahan zat padat dari campurannya. Prinsip yang digunakan berdasar
perbedaan migrasi senyawa.
3.
Apa
yang dimaksud dengan Rf dan apa perannya dalam proses pemisahan?
Jawab:
Rf
yaitu perbandingann dari jarak yang ditempuh oleh suatu solut terhadap jarak
yang ditempuh soluen selama selang waktu yang sama. Perannya untuk keperluan
identifikasi noda-noda sering ditentukan jaraknya dengan harga Rf.
4.
Berikan
definisi untuk: a. flitrat b. %komposisi c. endapan d. stoikiometri e.
supernatan f. hasil teoritis
Jawab :
a.
Filtrat
adalah suatu zat didalam suatu larutan
b.
%
komposisi adalah presentase pembentukan suatu larutan penyusunnya.
c.
Endapan
adalah bagian zat yang memisah dari cairan didalam suatu larutan.
d.
Stoikiometri
adalah ilmu yang mengkaji tentang hubungan kuantitatif antara molekul, unsur
dari atom-atom yang relatif dalam suatu reaksi kimia.
e.
Supernatan
adalah senyawa yang digunakan untuk memecahkan cairan padatannya secara
perlahan (dalam proses dekantasi)
f.
Hasil
teoritis adalah suatu hasil dari analisa pengendapan dari stoikiometri reaksi.
5.
Bagaimana
menguji apakah endapan telah sempurna?
Jawab:
Dengan
cara memindahkan air dari endapan yang telah sempurna benar-benar endapan
(menambah dan mencuci endapan air)
6.
Masalah
apa yang terjadi jika endapan yang terjadi tidak sempurna?
Jawab:
Jika
endapan yang terjadi tidak sempurna, maka tidak dapat terbentuk senyawa yang
berdasarkan proses pemisahan campuran dari padatannya dengan menuang secara
perlahan
7.
Apakah
yang anda lakukan jika partikel endapan terlihat dalam filtrat? Apakah sumber
utama dari kesalahan percobaan tersebut?
Jawab:
Jika
partikel endapan terlihat dalam filtrat, maka harus dilakukan penyaringan
kembali. Sumber utama dari kesalahan percobaan adalah kurang baik dalam
menyaring, sehingga endapan belum sempurna.
V.
LANDASAN TEORI
Bahan kimia dapat terdiri
atas beberapa komponen yang bergabung, biasanya disebut campuran. Pemisahan campuran
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1.
Ekstraksi
yaitu proses pemisahan komponen zat dari suatu campuran berdasarkan perbedaan
kelarutan.
2.
Dekantasi
yaitu proses pemisahan cairan dari padatannya dengan menuangkan supernatan
perlahan.
3.
Kristalisasi
yaitu proses pemisahan cairan dari padatannya berdasarkan kelarutan.
4.
Kromatografi
yaitu pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan perbedaan migrasi
senyawa.
Dalam percobaan
ini digunakan kromatografi kertas dan jenis kromatografi partisi yang proses
pemisahannya didasarkan pada peredaan kecepatan migrasi setiap komponen
campuran melalui medium stasioner. Pemisahan dipengaruhi oleh jenis fase gerak,
atau pemisahan terjadi karena adanya perbedaan kepolaran senyawa yang
dianalisis terhadap pelarut.
Dalam sistem
kromatografi, perbandingan gerakan zat terhadap aliran pelarut adalah tetap dan
merupakan sifat yang khas. Hal ini dinyatakan sebagai harga Rf yang
didefinisikan sebagai:
Rf = jarak yang di tempuh zat / jarakyang di tempuh pelarut
Suatu zat akan
mengendap apabila hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar daripada harga
Ksp, pada percobaan ini larutan barium klorida diendapkan dengan larutan barium kromat
BaCl2(aq)
+ K2CrO4(aq) à BaCrO4(aq) + 2KCl(aq)
Endapan barium
kromat disaring. Hasil teoritis barium kromat dihitung dari endapan yang
terbentuk. Semua barium klorida dianggap berubah menjadi hasil. Hasil teoritis
ditentukan dari stoikiometri reaksi (epinur,dkk.2013:40-41).
Campuran adalah
gabungan dua zat atau lebih yang masih mempunyai sifat zat asalnya. Dengan
komposisi tidak tentu dan dapat dipisahkan secara fisika. Pada umumnya campuran
digolongkan sebagai materi heterogen artinya tidak seluruh bagian materi ini
mempunyai sifat yang sama, contohnya tanah, pasir, batu, granit, dan kayu.
Partikel-partikel zat penyusun suatu zat tidak mengalami perubahan sehingga
dengan mudah dapat dilihat dan dibedakan. Akan tetapi ada suatu campuran yang
partikel-partikelnya tidak dapat dibedakan dengan mata biasa campuran tersebut
dinamakan larutan. Oleh karena itu larutan dianggap sebagai materi homogen
(walaupun sebenarnya tidak homogen benar). Berdasarkan ukuran partikel tersebut
zat penyusun campuran dibedakan sebagai berikut:
1.
Larutan
Contoh:
x larutan padat, misalnya kuningan, perunggu
2.
Koloid
Contoh:
susu, santa, tinta, dll
3.
Suspensi
Contoh
: air sungai yang keruh (Ansyori, Irfan.2000:75-76).
Larutan dapat
didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Bila kita
masukkan sedikit gula kedalam air, gula akan menjadi molekul-molekulnya, hingga
diperoleh campuran homogen antara gula dan air, yaitu larutan gula. Larutan
gula hanya sukar diterima adanya larutan padat atau cair dalam gas karena bila
zat ini terpecah menjadi molekul-molekulnya berarti terbentuk larutan gas dalam
gas.
Pemisahan
komponen dari campuran dengan ekstraksi yaitu berdasarkan pada perbedaan
kelarutan campuran. Daya larut gas dalam cairan tergantung dari jenis gas dan
pelarutnya. Untuk gas yang larut dalam fisika dalam zat cair, kelarutannya juga
dipengaruhi oleh tekanan gas. Makin besar tekanan gas, daya larutnya makin
besar. Menurut hukum Henry(1804) : konsentrasi gas yang larut dalam suatu
pelarut berbanding lurus dengan tekanan gas diatas pelarut. Daya larut zat pada
dalam cairan umumnya bertambahnya temperatur misalnya kalsium nitrat, timbal
klorida, dan sebagainya. Namun natrium klorida, bahkan kalsium klorat daya
larutnya berkurang dengan bertambahnya temperatur (Sukardjo.1990:40-41).
Reaksi pengendapan
dapat pula digunakan dalam pemeriksaan kimia dalam bidang kimia. Senyawa tidak
larut pun masih mempunyai kelarutan karena itu senyawa seperti ini lebih
dikatakan sebagai senyawa yang sukar larut.
Bila senyawa
yang sukar larut itu bersentuhan dengan air maka sebagian lainnya meninggalkan
kisi-kisi kristal endapannya dan masuk kedalam larutan sebagai ion-ionnya
menggantikan tempat yang ditinggalkan itu hasil kali kelarutan:
Contoh : zat
yang sukar larut yakni AgCl
AgCl ↔ Ag+
+ Cl‑
Tetapan kesetimbangan
termodinamika untuk reaksi diatas:
Kc = [Ag]+ [Cl]‑ / [ AgCl]

Oleh karena AgCl
adalah zat pelarut murni makan klaksifan sama dengan 1 sehingga Ksp+
=[Ag] + [Cl]‑ (Harizal.1995:80-82).
Campuran adalah
gabungan dua zat atau lebih yang mempunyai sifat zat asalnya dengan komposisi
tidak tertentu dan dapat dipisahkan
dengan fisika. Campuran dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.
Campuran
homogen adalah campuran serba sama diseluruh bagiannya membentuk suatu type.
b.
Campuran
heterogen adalah campuran yang tidak sam membentuk dua fasa atau lebih dan
terdapat batas yang jelas diantara fasa-fasa tersebut.
Campuran
ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara:
a.
Penyaringan
atau filtrasi adalah cara pemisahan berdasarkan pada perbedaan ukuran partikel
komponen campuran
b.
Sublimasi
adalah cara pemisahan campuran berdasarkan perubahan wujud dari zat padat
menjadi gas dan sebaliknya.
c.
Penyaringan,
cara ini biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik dari
campuran (Winarti, Wiwik.1994:19-25).
Kromatografi Gas-Cairan
Kromatografi
merupakan metode fisika untuk pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara dua fasa, salah satunya merupakan lapisan
stasioner dengan permukaan yang luar, dan fasa yang lain berupa zat alir (floid)
yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan stasioner itu
(Aloysius, Hadyann.1999:25).
VI.
ALAT DAN BAHAN
A.
PEMISAHAN
KOMPONEN DARI CAMPURAN
1.
Pemisahan
dengan cara konvensinal
a.
Alat
Ø
Cawan
penguap
Ø
Timbangan
Ø
Pembakar
bunsen
Ø
Pengaduk
Ø
Kaca
arloji
b.
Bahan
Ø
NH4Cl
0,1 g
Ø
NaCl
0,1g
Ø
SiO2
Ø
Air
2.
Pemisahan
dengan cara kromatgrafi
a.
Alat
Ø
Bejana
kromatografi
Ø
Kaca
Ø
Gunting
Ø
Kertas
saring
Ø
Pensil
b.
Bahan
Ø
Butanol
Ø
Asam
asetat
Ø
Air
Ø
Tinta
hitam
B.
ANALISIS
MELALUI PENGENDAPAN
1.
Presentase
hasil barium kromat
a.
Alat
Ø
Gelas
piala 250 ml
Ø
Pengaduk
Ø
Spirtus
Ø
Kertas
saring
Ø
neraca
b.
Bahan
Ø
BaCl2
Ø
Air
suling
Ø
K2CrO4
Ø
BaCrO4
2.
Presentase
barium klorida dalam campuran
a.
Alat
Ø
Gelas
piala 250 ml
Ø
Pengaduk
Ø
Spirtus
Ø
Kertas
saring
Ø
neraca
b.
Bahan
Ø
BaCl2
Ø
Air
suling
Ø
K2CrO4
Ø
BaCrO4
VII.
PROSEDUR KERJA
A.
PEMISAHAN
KOMPONEN DENGAN CAMPURAN
1.
Pemisahan
dengan cara konvensional
![]() |
Cawan Penguap
|

-
Ditimbang
![]() |
-
Dipanaskan
dengan hati-hati sampai asap putih betul-betul habis.
-
Dibiarkan
dingin, lalu ditimbang, dan tambahkan
![]() |
-
Diaduk
selama 5 menit
Hasil pengamatan
|
![]() |
![]() |

-
Ditimbang
![]() |
-
Dipanaskan
sampai terbentuk kristal NaCl kering
-
Ditimbang
Hasil pengamatan
|
SiO2
|
![]() |

-
Dikeringkan
dan ditimbang
![]() |
-
Ditutup
dengan kaca arloji
-
Setelah
SiO2 kering dan tidak terjadi penguapan lagi, dinginkan sampai
mencapai suhu kamar, lalu ditimbang
Hasil pengamatan
|
2.
Pemisahan
dengan kromatografi
![]() |
-
Diisi
dengan
![]() |
-
Ditutup
dengan kaca untuk menjenuhkan bejana
![]() |
-
Digunting
dengan ukuran 3x10cm
-
Dibuat
garis 3x8,5cm dengan pensil pada jarak 1-1,5cm dari bagian bawah kertas dan
buat nod dengan penotol
-
Ukuran
disesuaikan dengan tinggi bejana
-
Gantung
kertas dalam bejana dengan noda hars berada diatas pelarut
-
Dibiarkan
sampai pemisahan baik
-
Dibiarkan
bergerak sampai 1 cm menjelang tepi atas kertas saring
Tentukan harga Rf
|
B.
ANALISIS
MELALUI PENGENDAPAN
1.
Presentase
hasil barium kromat
![]() |
-
Ditimbang,
catat bobtnya, dan masukkan
![]() |
-
Ditimbang
dan tambahkan
![]() |
-
Diaduk-aduk
sampai larutan homogen, lalu masukkan
![]() |
-
Diaduk-aduk,
diamati endapan yang terbentuk
-
Ditetesi
dengan beberapa tetes K2CrO4 diamati
-
Ditetesi
samapi endapan BaCrO4 tidak terbentuk lagi
-
Dipanaskan
sampai mendidih dan saring dengan kertas saring, Dikeringkan dan ditimbang
-
dihitung
hasil teoritis dan %hasil
2.
Presentase
barium klorid dalam campuran
Campuran yang mengandung barium klorida
|
-
Dicatat bobotnya

-
Diulangi
prosedur 1
-
Dihitung
massa barium klorida dan presentasenya
Hasil pengamatan
|
VIII.
DATA PENGAMATAN
A.
PEMISAHAN
DENGAN CARA KONVENSIONAL
1.
Bobot
cawan penguap dari contoh semula =
56,9567 g
Bobot
cawan penguap = 56,6567 g
Bobot
contoh =
0,3 g
Bobot
cawan penguap sesudah NH4Cl menyublim = 56,9552 g
Bobot
NH4Cl =
0,0015 g
Presentase
hasil =
0,5 %
2.
Bobot
cawan + kaca arloji + NaCl =
79,7439 g
Bobot
cawan + kaca arloji =
79,699 g
Bobot
NaCl = 0,0449 g
Presentase
NaCl =
14,96 %
3.
Bobot
cawan + SiO2 =
56,7487 g
Bobot
cawan =
56,6567 g
Bobot
SiO2 =
0,092 g
Presentase
SiO2 =
30,67 %
4.
Bobot
sampel =
0,3 g
Bobot
NH4Cl + NaCl + SiO2 =
0,138 g
Selisih
bobot =
0,162 g
B.
PEMISAHAN
DENGAN KROMATOGRAFI
Nomor Noda
|
Rf
|
Warna
|
1
|
5,5/8 = 0,6875
|
Hitam
|
2
|
6/8 = 0,75
|
Pink
|
3
|
7/8 =0,875
|
Merah
|
4
|
7,7/8 = 0,9375
|
Kuning
|
5
|
7,8/8 = 0,975
|
Ungu
|
6
|
7,9/8 = 0,9875
|
Biru
|
ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN
A.
Presentase
hasil barium kromat
Bobot
piala + BaCl2 =
35,1648 g
Bobot
piala =
34,1648 g
Bobot
BaCl2 =
1 g
Bobot
kertas saring + endapan BaCrO4 =
1,3 g
Bobot
kertas saring =
0,208 g
Hasil
nyata endapan BaCrO4 =
1,172 g
Bobot
endapan BaCrO4 (hasil teoritis) =
1,265 g
Persen
hasil BaCrO4 = 7,35 %
IX.
PEMBAHASAN
Sebelum
melakukan percobaan, hal pertama yang kami lakukan yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang digunakan. Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan yang
kelima yaitu mengenai pemisahan komponen dari campuran dan analisis melalui
pengendapan, yaitu pemisahan dengan cara konvensional, kromatografi, dan
analisis melalui pengendapan.
a. Pemisahan dengan cara konvensial
Pada
percobaan kali ini yang pertama kali kami lakukan yaitu menimbang cawan penguap
yang telah dibersihkan dengan ketelitian 0,01 g dan menimbang NH4Cl
0,1g, NaCl 0,1g dan SiO2 0,1g, lalu dicampurkan secara merata dan
homogen.
Pemanasan
pertama yaitu pemanasan cairan yang telah ditimbang dengan cawan penguap
dihitung beban zat yang hilang selama pemanasan dengan cara:
Bobot cawan + campuran sebelum pemanasan = 56,9567 g
Bobot cawan + campuran
setelah pemanasan = 56,9552 g
Bobot yang menyublim =
0,0015 g
Dengan
demikian zat yang menyublim didapat sebanyak 0,0015 g. salah satu zat yang
telah dipisahkan, maka zat yang ada didalam campurn adalah NaCl dan SiO3.
Untuk memisahkannya dilakukan dengan cara dekantasi. Campuran dilarutkan dalam
air, diaduk hingga homogen. Setelah didiamkan beberapa saat, larutan NaCl dan
endapan SiO2 dipanaskan. Pada pemanasan larutan NaCl didapat kristal
sebanyak 0,04487 gram. Sedangkan pemanasan endapan SiO2 diperoleh
bobotnya 0,092 gram sehingga presentasenya dapat dicari:
% NaCl = 0,04487/0,3 x 100% = 14,96%
% SiO2 = 0,092/0,3 x 100% = 30,67%
% NH4Cl
= 0,0015/0,3 x 100% = 0,5%
Dari data tersebut bobot sampel setelah diuraikan
adalah NH4Cl + NaCl + SiO2 = 0,13837 gram. Sehingga
presentase bahan yang terpisahkan dapat ditentukan = bobot yang terbentuk/ bobbot sampel x 100%
= 0,13837/0,3
= 46,123%
b. Pemisahan dengan kromatografi
Dalam
percobaan ini, zat yang dapat dipisahkan secara kromatografi adalah tinta.
Tinta diteteskan dikertas saring, kemudian dicelupkan kedalam larutan eluen.
Tinta yang dipakai yaitu tinta hitam, merah, dan biru. Larutan eluen akan meresap
pada kertas dan menyebabkan noda pada kertas terangkat keatas dan terpisahkan
berdasarkan warna komponen penyusunnya.
Suatu
komponen penyusun dalam tinta menghasilkan kecepatan air yang berbeda.
Perbedaan ini dinyatakan sebagai Rf. Rf adalah perbandingan
jarak yang ditempuh pelarut. Rf untuk masing-masing percobaan ini
adalah :
1. Hitam → Rf = 5,5/8 = 0,6875
2. Pink → Rf = 6/8 = 0,75
3. Merah → Rf = 7/8 =0,875
4. Kuning →
Rf = 7,5/8 = 0,9375
5. Ungu → Rf = 7,8/8 = 0,975
6. Biru →
Rf = 7,9/8 = 0,9875
ANALISIS MELALUI
PENGENDAPAN
Dalam percobaan kali ini kami
melarutkan 1 gr BaCl2 dengan air suling sebanyak 25 ml samapi
larutan homogen, lalu dicampurkan dengan larutan K2CrO4
0,2 M sebanyak 25 ml kemudian diaduk dan diamati endapan yang terbentuk. Jika
endapan BaCrO4 masih terbentuk ditambahkan K2CrO4
sampai endapan BaCrO4 tidak
terbentuk lagi.
Panaskan sampai mendidih, alihkan
dari api dan disaring dengan kertas saring, kemudian dikeringkan dan ditimbang
sehingga diperlehlah data sebagai berikut:
Bobot piala + BaCl2 =
35,1648 g
Bobot piala = 34,1648 g
Bobot BaCl2 =
1 g
Bobot kertas saring + endapan BaCrO4 = 1,3 g
Bobot kertas saring = 0,208 g
Hasil nyata endapan BaCrO4 =
1,172 g
Bobot endapan BaCrO4 (hasil teoritis) = 1,265 g
Perhitungan
secara teoritis
BaCl2 +
K2CrO4 → BaCrO4 + 2KCl
Mol BaCl2 = massa/Mr = 0,0048 mol
Mol BaCrO4 = 1/1 x 0,0048 =
0,0048 mol
Massa BaCrO4 =
mol BaCrO4 x Mr BaCrO4
= 0,0048 x 253
= 1,2144
gram
Perhitungan
presentase hasil = massa zat yang terbentuk / massa sampel x 100%
=
3,49%
X.
DISKUSI
A.
PEMISAHAHAN
DENGAN CARA KONVENSIONAL
Pada percobaan ini kami mencapurkan NH4Cl
0,1g, NaCl 0,1g dan SiO2 0,1g.kemudian dipanaskan dalam cawan
penguap sampai asap putih betul-betul habis. Lalu cawan penguap dibiarkan
dingin, lalu ditimbang. Kemudian pada saat kami hendak memasukkan air pada
padatan, terjadi kesalahan karena kami memasukkan airnya terlalu banyak, hingga
menyebabkan sampel lama menguap. Dari percobaan ini didapat presentase
masing-masing senyawa NH4Cl, NaCl, dan SiO2 secara
berturut-turut yaitu 0,5%, 14,96%, dan 30,67%.
B.
PEMISAHAN
DENGAN KROMATOGRAFI
Menurut teori pemisahan, warna yang juga menunjukkan
pemisahan kmponen dipengaruhi oleh perbedaan fase gerak dan kepolaran senyawa.
Apabila zat-zat tidak terpisah sebagaimana mestinya, artinya fase gerak maupun
kepolarannya hampir atau bahkan sama. Adapun Rf masing-masing warna
hasil percobaan adalah sebagai berikut:
1.
Hitam : 0,6875
2.
PINK : 0,75
3.
Merah : 0,875
4.
Kuning : 0,9375
5.
Ungu : 0,975
6.
Biru : 0,9875
Menurut teori,
perbedaan Rf yang memungkinkan terjadinya pemisahan zat benda dari
sekitas angka 0,1. Dalam hal ini percobaan Rf diperoleh angka berada
dibawah 0,1. Menurut teori, Rf ditentukan oleh pelarut, suhu, ukuran
bejana, dan sifat dari campuran.
ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN
Pada percobaan
ini didapat data dat gram teoritis BaCrO4 sebesar 1.2144 gram dan
gram prakteknya sebesar 1,172 gram. Sehingga presentase hasil endapan BaCrO4
sebesar 2,49%. Kesalahan yang mungkin terjadi pada waktu penyaringan
XI.
PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1.
Gunakan
handbook untuk menjawab pertanyaan ini.
a.
Bagaiamana
cara anda memisahkan NiCO3 dari Na2CO3 ?
Jawab :
Kromatografi
b.
Bagaimana
cara memisahkan AgCl dari BaCl2 ?
Jawab :
Dekantasi
c.
Bagaimana
cara memisahkan TeO2 dari SiO2 ?
Jawab :
Konvensional
2.
Apakah
ada cara pemisahan selain yang disebutkan dalam percobaan ini?
Jawab :
Ada, yaitu
filtrasi, destilasi, ekstraksi, dekantasi, dan kristalisasi.
3.
Mengapa
contoh NaCl perlu ditutup selama pemanasan?
Jawab :
Karena air akan
menguap jika tidak ditutup sehingga menyebabkan ketidakpastian pengukuran bobot
NaCl yang terbentuk.
4.
Apa
kelebihan dan kekurangan cara kromatografi sebagai alat analis?
Jawab :
·
Kekurangan : memakan waktu lama dan hasil yang
diperoleh kurang akurat.
·
Kelebihan : prosedur sederhana, tidak perlu
kuantitas kecil dari zat itu, tidak perlu alat dan senywa khusus yang mahal,
metode ini terbukti berhasil
5.
Contoh
magnesium klorida sebnayak 0,552 g dilarutkan dalam air dan diendapkan dengan
larutan perak nitrat. Jika endapan perak klorida bobotnya 1,631 g, berapa
presentase hasil?
Jawab :
MgCl2 (aq)
+ 2AgNO3 (aq) → 2AgCl(aq) + Mg(NO3)2(aq)
Mol MgCl2 = massa / Mr = 0,0058 mol
Mol AgCl = 2/1 x 0,0058 =
0,0116 mol
Massa AgCl =
mol AgCl x Mr AgCl
= 0,0116 x 143,4
= 1,66344 gram
% AgCl = massa Apercobaan/massa teoritis x 100%
=1,631/1,6344 x 100%
= 98,05%
6.
Batu
gamping terutama mengandung kalsium karbonat. Contoh batu gamping diolah dengan
asam klorida dan memberikan reaksi:
CaCO3 (g) +
2HCl(aq) → CaCl2 (aq) + H2O(l) + CO2(g)
Larutan
kalium klorida diuapkan sampai kering, dan ternyata mempunyai bobot 0,789 gram.
Hitunglah presentase kalsium karbonat jika contoh batu gamping bobotnya 0,75
gr.
Jawab :
Mol
CaCl2 = massa / Mr = 0,0071 mol
Mol
CaCO3 = 1/1 x 0,0071 =
0,0071 mol
Massa
CaCO3 = mol CaCO3 x Mr CaCO3
= 0,0071 x 100
= 0,71 gram
Presentase
CaCO3 = massa percobaan / massa teoritis x 100%
= 0,75/0,71 x 100%
= 105,63%
XII.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1.
Pemisahan
campuran dapat dilakukan dengan cara sublimasi, dekantasi, ekstraksi,
kristalisasi, dan dekantasi.
2.
Pengendapan
barium klorida dapat dilakukan dengan menambahkan larutan K3CrO4.
Presentase hasil dapat dihitung dengan rumus:
%
hasil = massa zat yang terbentuk / massa sampel x 100%
3.
Presentase
barium klorida dalam suatu campuran zat dapat dihitung dengan rumus:
%
barium klorida = bobot kalsium klorida / bobotcampuran x 100%
4.
Penyaringan
endapan dapat dilakukan dengan metode filtrasi menggunakan kertas saring dan pemisahan
endapn dilakukan dengan cara dekantasi.
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
Aloysiur, Handayana. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Surakarta: Erlangga
Ansyori, Irfan. 2000. Acuan Pelajaran. Bandung: Erlangga
Epinur, dkk. 2011. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar. Jambi: Universitas Jambi
Harrizal, Rizal. 1995. Unsur Pemeriksaan Kimia. Bandung: Erlangga
Sukardjo. 1990. Kimia
Organik. Jakarta: Yudistira
Winarti, Wiwik. 1994. Kimia I SMU. Jakarta: Primagama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar